Cara Pengendalian Hama Pada Tanaman Tomat
Hama & Penyakit – Salah satu faktor yang wajib diperhatikan dalam usaha budidaya tomat adalah penanganan dan pengendalian hama dan penyakit. Tanaman tomat merupakan tanaman sayuran buah semusim seperti halnya tanaman cabe, terong dan sebagainya. Hama dan penyakit beberapa tanaman sayuran semusim hampir memiliki kemiripan. Baik dari jenis hama dan penyakit maupun gejala serangan. Misalnya tanaman tomat, cabe dan terong memiliki kemiripan dalam hal serangan hama dan penyakitnya.
Beberapa hama dan penyakit pada tanaman tomat antara lain; ulat, kutu, lalat, layu fusarium, busuk buah dan sebagainya. Seperti halnya tanaman lainya, tanaman tomat akan mudah terserang penyakit saat musim hujan. Kelembaban udara yang tinggi menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Hama Tanaman Tomat
1. Kutu Kebul (Bemisicia tabacci)
Kutu kebul hewan bersayap dan berwarna putih ini adalah salah satu hama yang sangat berbahaya pada budidaya tomat. Hama ini biasanya bergerombol dibawah daun dan terlihat terselubungi tepung berwarna putih. Apabila tertiup angin atau tersentuh tepung putih tersebut akan beterbangan keudara. Kutu kebul menyerang dengan cara menghisap cairan daun. Tanaman yang terserang ditandai dengan pertumbuhan yang terhambat dan kerdil, daun menjadi keriting dan berwarna kuning. Kutu kebul merupakan vektor utama penyebaran virus gemini.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan areal budidaya, penggunaan mulsa plastik dan melakukan pergantian tanaman. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan akarisida berbahan aktif abamectin.
baca juga : integrated pest control in pepper red (cabai merah )
2. Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Lalat buah adalah serangga berwarna hitam kekuningan dan berbentuk seperti tawon kecil. Hama ini menyerang buah tomat dengan cara menyuntikkan telor kedalam buah tomat. Telor yang bersarang didalam buah akan menetas dan menjadi larva. Larva-larva tersebut akan memakan daging buah tomat sehingga menyebabkan buah menjadi busuk.
Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap lalat buah. Kebersihan dan sanitasi areal budidaya juga perlu diperhatikan. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida yang berbau menyengat, misalnya santoat atau curacron.
3. Kutu Daun (Aphids)
Kutu daun, adalah hama dari jenis kutu penghisap berwarna hijau. Seperti halnya kutu kebul, hama ini juga merupakan vektor pembawa virus. Hama ini menyerang dengan cara menghisap cairan daun dan bagian tanaman lainnya sehingga menyebabkan daun menjadi keriting dan pertumbuhan terhambat. Gejala serangan kutu daun sangat mudah dideteksi, yaitu jika ditemukan ada banyak semut pada tanaman tersebut. Jika ditemukan semut sudah dapat dipastikan tanaman tersebut diserang kutu daun.
Pengendalian dilakukan dengan menjaga kebersihan areal budidaya dari tanaman inang. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan akarisida berbahan aktif abamectin.
4. Ulat Buah (Helicoverpa armigera atau Heliothis armigera)
Ulat buah menyerang buah, daun dan batang tomat. Gejala serangan pada buah tomat ditandai dengan adanya lubang dan buah membusuk. Pada daun menyebabkan daun berlubang dan menyerang bagian batang muda.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara membersihkan gulma, membuang dan membunuh ulat secara manual. Secara kimiawi dapat disemprot dengan insektisida abamectin, regent atau prevaton.
5. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat tanah menyerang dengan cara memakan pangkal batang, menyebabkan tanaman mudah roboh dan mati. Pada batang muda ulat ini bisa menyerang dengan memakan habis tanaman. Ulat tanah berwarna kecoklatan dan bertubuh lebih besar dari ulat daun. Ulat tanah aktif pada malam hari, dan pada siang hari akan bersembunyi didalam tanah dan dibawah rerumputan.
Pengendalian dilakukan dengan membersihkan gulma, sehingga tidak ada tempat persembunyian bagi ulat ini. Secara kimia dapat disemprot dengan insektisida curacron, regent, atau prevaton. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada saat ulat ini aktif, yakni pada malam hari.
6. Hama Thrips
Trips menyerang daun muda dengan cara menghisap cairan daun dan menyebabkan keriting daun.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan pergantian tanaman, membersihkan gulma dan tanaman inang. Secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin.
Wall trend
9:18 AM
New Google SEO
Bandung, IndonesiaHama & Penyakit – Salah satu faktor yang wajib diperhatikan dalam usaha budidaya tomat adalah penanganan dan pengendalian hama dan penyakit. Tanaman tomat merupakan tanaman sayuran buah semusim seperti halnya tanaman cabe, terong dan sebagainya. Hama dan penyakit beberapa tanaman sayuran semusim hampir memiliki kemiripan. Baik dari jenis hama dan penyakit maupun gejala serangan. Misalnya tanaman tomat, cabe dan terong memiliki kemiripan dalam hal serangan hama dan penyakitnya.
Beberapa hama dan penyakit pada tanaman tomat antara lain; ulat, kutu, lalat, layu fusarium, busuk buah dan sebagainya. Seperti halnya tanaman lainya, tanaman tomat akan mudah terserang penyakit saat musim hujan. Kelembaban udara yang tinggi menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Hama Tanaman Tomat
1. Kutu Kebul (Bemisicia tabacci)
Kutu kebul hewan bersayap dan berwarna putih ini adalah salah satu hama yang sangat berbahaya pada budidaya tomat. Hama ini biasanya bergerombol dibawah daun dan terlihat terselubungi tepung berwarna putih. Apabila tertiup angin atau tersentuh tepung putih tersebut akan beterbangan keudara. Kutu kebul menyerang dengan cara menghisap cairan daun. Tanaman yang terserang ditandai dengan pertumbuhan yang terhambat dan kerdil, daun menjadi keriting dan berwarna kuning. Kutu kebul merupakan vektor utama penyebaran virus gemini.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan areal budidaya, penggunaan mulsa plastik dan melakukan pergantian tanaman. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan akarisida berbahan aktif abamectin.
baca juga : integrated pest control in pepper red (cabai merah )
2. Lalat Buah (Bactrocera sp.)
Lalat buah adalah serangga berwarna hitam kekuningan dan berbentuk seperti tawon kecil. Hama ini menyerang buah tomat dengan cara menyuntikkan telor kedalam buah tomat. Telor yang bersarang didalam buah akan menetas dan menjadi larva. Larva-larva tersebut akan memakan daging buah tomat sehingga menyebabkan buah menjadi busuk.
Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap lalat buah. Kebersihan dan sanitasi areal budidaya juga perlu diperhatikan. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida yang berbau menyengat, misalnya santoat atau curacron.
3. Kutu Daun (Aphids)
Kutu daun, adalah hama dari jenis kutu penghisap berwarna hijau. Seperti halnya kutu kebul, hama ini juga merupakan vektor pembawa virus. Hama ini menyerang dengan cara menghisap cairan daun dan bagian tanaman lainnya sehingga menyebabkan daun menjadi keriting dan pertumbuhan terhambat. Gejala serangan kutu daun sangat mudah dideteksi, yaitu jika ditemukan ada banyak semut pada tanaman tersebut. Jika ditemukan semut sudah dapat dipastikan tanaman tersebut diserang kutu daun.
Pengendalian dilakukan dengan menjaga kebersihan areal budidaya dari tanaman inang. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan akarisida berbahan aktif abamectin.
4. Ulat Buah (Helicoverpa armigera atau Heliothis armigera)
Ulat buah menyerang buah, daun dan batang tomat. Gejala serangan pada buah tomat ditandai dengan adanya lubang dan buah membusuk. Pada daun menyebabkan daun berlubang dan menyerang bagian batang muda.
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara membersihkan gulma, membuang dan membunuh ulat secara manual. Secara kimiawi dapat disemprot dengan insektisida abamectin, regent atau prevaton.
5. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat tanah menyerang dengan cara memakan pangkal batang, menyebabkan tanaman mudah roboh dan mati. Pada batang muda ulat ini bisa menyerang dengan memakan habis tanaman. Ulat tanah berwarna kecoklatan dan bertubuh lebih besar dari ulat daun. Ulat tanah aktif pada malam hari, dan pada siang hari akan bersembunyi didalam tanah dan dibawah rerumputan.
Pengendalian dilakukan dengan membersihkan gulma, sehingga tidak ada tempat persembunyian bagi ulat ini. Secara kimia dapat disemprot dengan insektisida curacron, regent, atau prevaton. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada saat ulat ini aktif, yakni pada malam hari.
6. Hama Thrips
Trips menyerang daun muda dengan cara menghisap cairan daun dan menyebabkan keriting daun.
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan pergantian tanaman, membersihkan gulma dan tanaman inang. Secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin.
Cara Pengendalian Hama Pada Tanaman Tomat
Posted by pengendalian hama terpadu on Friday, July 5, 2019
manufacture of vegetable insektida
petani lagi di ajari cara bertani |
1. INGREDIENTS
- Soursop leaf
- Betel leaf
- Areca pateun
- galangal
- Tobacco
- Enough water
- Rice / potatoes
2. EQUIPMENT
- knives pencincang
- stove
- Crockery (kanoet)
3. HOW TO MAKE
The foliage was, betel, galangal and tobacco in mashed or finely chopped.
Put into a stew pot or container and let the water as much as 3.5 liters.
Boil until the material was about - about living water of approximately 2 liters.
Filtered and leftover cooking water as much as approximately 2 liters as insektida vegetable and let at least one day or a maximum of 6 days.
4. DOSAGE USE
Mix 5-6 cc / liter of water
Repeated after 3-4 days.
THANK YOU MAY USEFUL FOR YOU SPECIFIC HIS FARMER generally all people in the
world
integrated pest control in pepper red
cabai merah |
Pest attacks often make farmers or agribusiness entrepreneurs, especially pepper plants dizziness. Yields of pepper cultivation could be threatened depleted due to pests that often come unexpectedly. Here are some effective ways chilli crop pest control and a description of the character of many pests that attack the pepper plant.
digger
Digger or chilli pepper plant is Brachytrypes Portentosus. This pest usually attacks young pepper plants newly Transplanting. The attacks were carried out at night, while during the day hiding in the soil. Digger make burrows in the soil to a depth of 90 cm. Digger damage the pepper plants by cutting the stem but does not eat it. Control. 1) If the attack is not too much, use natural pesticides are sprayed Pestona the planting hole. Application control should be done in the afternoon. 2) If the attack is already exceeding the threshold can be done with control chemically, by spraying / watering active insecticide carbofuran as much as 1 gram in the planting hole. Mix Aero 810 as a solvent to assist the pesticide active ingredient is more durable to be around plants and not easily lost eroded by rainwater. Application control should be done in the afternoon.
Soil caterpillars
Silkworm ground chilli plants are Agrotis Ipsilon. This type of pest attack pepper plants at night, while during the day hiding in the soil or mulch behind the plastic cover. Silkworm ground attack young chilli plant stem by cutting the stems, so often called a caterpillar cutter. Control. 1) If the attack is not too much, use natural pesticides are sprayed Pestona the planting hole. Application control should be done in the afternoon. 2) If the attack is already exceeding the threshold can be done with control chemically, by spraying / watering active insecticide carbofuran as much as 1 gram in the planting hole. Mix Aero 810 as a solvent to assist the pesticide active ingredient is more durable to be around plants and not easily lost eroded by rainwater. Application control should be done in the afternoon.
armyworm
Armyworm Spodoptera litura pepper plants are. This pest attacks the leaves of the plant chilli in a way clustering. The leaves become perforated and a molt. Armyworm caterpillars also called soldiers. As with other types of worm, the caterpillar attack the pepper plant night, while during the day hiding behind mulch or ground. This is polifag armyworms. Control. 1) Apply since the early start at the time of seeding VITURA bio pesticides to protect crops. 2) If the attack is not too much, use Pentane with the application of sprayed on plants. Combine Aero 810 to improve the usability Pentane in overcoming armyworm attacks. 3) If the attack is already exceeding the threshold can be done with control chemically, by spraying insecticide active ingredient active ingredient Sipermetrin, deltamethrin, profenofos, chlorpyrifos, methomyl, kartophidroklorida, or dimehipo. Dose according to the instructions on the packaging. Add Aero 810 to improve the usability of the chemical pesticides in overcoming armyworm attack.
caterpillars Fruit
Caterpillars fruit pepper plants are Helicoverpa sp. This pest attacks the young fruit by making holes and eat it. Caterpillars are polifag fruit. Control. 1) Apply since the early start at the time of seeding VITURA bio pesticides to protect crops. 2) If the attack is not too much, use Pentane with the application of sprayed on plants. Combine Aero 810 to improve the usability Pentane in overcoming the fruit worm attacks. 3) If the attack is already exceeding the threshold can be done with control chemically, by spraying insecticide active ingredient Sipermetrin, deltamethrin, profenofos, chlorpyrifos, methomyl, kartophidroklorida, or dimehipo. Dose according to the instructions on the packaging. Add Aero 810 to improve the usability of the chemical pesticides in overcoming fruit worm attacks.
thrips
Thrips Thrips pepper plants are parvispinus. The attacks were characterized by silvery patches on the leaves chilli plants are attacked. These pests suck the liquid prefers young leaves, causing leaves of affected plants become curly, until the pepper plants become stunted. Control. 1) If the attack is not too much, use Pentane with the application of sprayed on plants. Combine Aero 810 to improve the usability Pentane in the attacks of thrips cause leaf curling. 2) If the attack is already exceeding the threshold can be done with control chemically, by spraying insecticide active ingredient abamectin, tiametoksam, imidacloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, or lamdasihalotrin. Dose according to the instructions on the packaging. Combine Aero 810 to increase the effectiveness of insecticides in the attacks of thrips cause leaf curling.
lice leaves
Aphids are Myzus Persiceae chilli plants. These ticks suck the liquid pepper plants, especially in young leaves, manure sweet that menggundang ants. Severe attacks cause the leaves to experience chlorosis (yellow), roll and crimp, eventually pepper plants become stunted. Control. 1) If the attack is not too much, use Pentane with the application of sprayed on plants. Combine Aero 810 to improve the usability Pentane in the attacks of aphids. 2) If the attack is already exceeding the threshold can be done with control chemically, by spraying insecticide active ingredient abamectin, imidacloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, or lamdasihalotrin. Dose according to the instructions on the packaging. Combine Aero 810 to improve the usability of the chemical pesticides in the attacks of aphids.
fleas Kebul
Whitefly are Bemisia tabaci pepper plants. Hama white, winged, his body covered with a white waxy powder. Whitefly attack and suck fluids leaf cells so that cells and tissues damaged leaves. Control. 1) If the attack is not too much, use Pentane with the application of sprayed on plants. Combine Aero 810 to improve the usability Pentane in overcoming the attack whiteflies. 2) If the attack is already exceeding the threshold can be done with control chemically, by spraying insecticide active ingredient abamectin, tiametoksam, imidacloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, or lamdasihalotrin. Dose according to the instructions on the packaging. Combine Aero 810 to increase the effectiveness of insecticides in overcoming the attack whiteflies.
Mite
Mite is a mite yellow pepper plants Pol Polphagotarsonemus lotus and red mite Tetranychus cinnabarinus. Mites hiding behind a leaf while sucking the liquid leaves. The leaves are attacked chili brown, twisted, and on the lower surface of leaves are fine threads of red or yellow. Control. 1) If the attack is not too much, use Pentane with the application of sprayed on plants. Combine Aero 810 to improve the usability Pentane in overcoming mite attack. 2) If the attack is already exceeding the threshold can be done with control chemically, by spraying insecticide active ingredient akarisida propargit, dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamectin, or fenpropatrin. Dose according to the instructions on the packaging. Combine Aero 810 to improve the usability of the chemical pesticides in overcoming mite attack.
fruit flies
Fruit flies are Dacus dorsalis pepper plants. Adult female flies attack by injecting their eggs into the fruit, then the eggs turn into larvae. The larvae then eat away the pepper fruit so the fruit to rot. Control. 1) use a glue trap fruit flies, which methylate Plus the active ingredient methyl eugenol very effective to attract male fruit flies. The more glue traps methylate in chilli crop land will be more effective in controlling fruit fly attack. When a male fruit fly is busy tempted by the aroma methylate Glue the female fruit flies can not be fertilized and ultimately die. In methylate glue traps can also be added to the insecticide so that if a male fruit fly bait in the trap will soon die. 2) It can also be carried out by spraying insecticide active ingredient Sipermetrin, deltamethrin, profenofos, chlorpyrifos, methomyl, kartophidroklorida, or dimehipo. Dose according to the instructions on the packaging. Combine Aero 810 to improve the usability of chemical pesticides in fruit flies to overcome attacks.
nematodes
Pepper plant nematodes are Meloidogyne incognita. Nematode attack marked rash at the root. Nematodes are very small earthworms, these pests are parasitic worms attack the roots of plants chilies. Bite marks this worm eventually causes a secondary attack, such as bacterial wilt, fusarium wilt, rot or other fungi Phytopthora attacker root. Control. 1) If the attack is not too much, use GLIO mixed with manure and scatter around the planting hole. The use of this GLIO should begin early planting or seeding. 2) If the attack is already exceeding the threshold can be done with control chemically, ie by spraying the active insecticide carbofuran as much as 1 gram in the planting hole. Mix Aero 810 as a solvent to assist the pesticide active ingredient is more durable to be around plants and not easily lost eroded by rainwater. Application control should be done in the afternoon.
integrated pest control in pepper red (cabai merah )
Posted by pengendalian hama terpadu on Tuesday, May 31, 2016
pengendalian hama terpadu
Pengendalian Hama Terpadu pada Kentang
Kentang adalah komoditas sayuran dengan kegunaan ganda, yaitu sebagai sayuran dan substitusi karbohidrat. Pasar kentang bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri sebagai komoditas ekspor yang mengutungkan. Dalam budidaya kentang sering terdapat gangguan, seperti masalah teknis dan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Hama penting tanaman kentang yaitu, penggerek umbi/daun (Phthorimaea operculella), penggorok daun (Liriomyza huidobrenis), ulat tanah (Agrotis ipsilon), kutu daun (Myzus persicae), hama trips (Thrips palmi), kutu kebul (Bemisia tabaci), hama pemakan daun ulat grayak (Spodoptera sp), ulat jengkal (Chrysodexix sp) dan ulat buah tomat (Helicoverpa sp). Sementara itu, penyakit penting tanaman kentang meliputi, penyakit layu bakteri Ralstonia solanacearum, penyakit busuk daun cendawan Phytophthora infestans, penyakit bercak kering cendawan Alternaria solani, penyakit layu dan busuk kering umbi cendawan Fusarium oxysporum, penyakit daun menggulung virus PLRV, penyakit mosaik virus, nematoda bengkak akar (NBA) (Meloidogyne spp.), penyakit sista kuning nematoda Globodera rostochinensis, penyakit kaki hitam dan busuk lunak bakteri Erwinia spp., penyakit busuk cincin bakteri Clavibacter michiganensis ssp. sepedonicum, dan penyakit kudis bakteri Streptomyces scabies.
Dalam mengendalikan organisme pengganggu, petani hanya melakukan pengendalian secara konvesional, yang hanya menekankan pada penggunaan pestisida. Disadari bahwa penggunaan pestisida yang berlebihan akan memberikan dampak yang merugikan. Oleh karena itu, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan bahwa setiap program perlindungan tanaman dilaksanakan dengan pendekatan konsepsi Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).
Pengendalian hama dan penyakit terpadu merupakan peggabungan metode-metode pengendalian hama dan penyakit yang kompatible dalam kegiatan budidaya pertanian, sehingga didapatkan hasil produksi yang optimal sehingga tercipta pertanian yang berkelanjutan. Pendekatan PHT lebih kepada upaya pengelolaan lingkungan yang tidak disukai oleh OPT, tetapi tetap menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman kentang. Pelaksanaan PHT perlu tindakan bijaksana sejak perencanaan sampai hasil panen, termasuk didalamnya pemilihan lahan, bibit, pemeliharaan, pemantauan, tindak lanjut yang harus diambil, dll.
Dalam pengendalian hama dan penyakit terpadu, diperlukan beberapa tahab kegiatan, yaitu meliputi pegelolaan, perencanaan, pemantauan, pegemabilan keputusan, pelaksanaa dan evaluasi. Dalam kegiatan perencanaan ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan yaitu, dalam pengaturan agroekosistem sehingga dapat meningkatkan peran musuh alami suatu organisme pengganggu tanaman. Peningkatan vigor tanaman perlu diperhatikan untuk meningkatkan ketahanan tanaman kentang, yang tidak kalah penting yaitu dalam penekanan perkembangan organisme pengganggu tanaman, sehingga keberadaannya masih dibawah ambang ekonomi.
Penerapan PHT diterapkan sejak digudang bibit. Umbi bibit dipilih yang sehat (mulus dan tidak cacat) lalu dikelompokan sesuai dengan ukurannya, yaitu A(>60-80 g), B (>45-60 g), C (>30-45 g) dan D (>20-30 g). Cahaya dalam gudang bibit dijaga agar tidak terlalu gelap, karena tunah dapat cepat tumbuh, lemah dan pucat. Bila gudang ternag pertumbuha tunas tumbuh lambat dan pendek namun kekar dan warnaya lebih tua. Suhu optimal gudang 14-18 °C. Kelembapan optimal 75-90%. Kelembapan rendah dapat meyebabkan bobot umbi cepat surut.
1. Pemilihan lahan
Lahan yang dipilih memiliki struktur tanah yang gembur, dekat sumber air (untuk musim kemarau) dan bukan bekas pertanaman Solanaceae, serta bukan daerah endemik OPT kentang.
2. Pengolahan tanah
a. Tanah dicangkul sedalam 20-35 cm dan dibalaik 2-3 kali. Sisa-sisa tanaman sebelumnya dikumpulkan dan dimusnahkan. Rerumputan jangan dibiarkan bertumbuk karena dapat menjadi sarang ulat tanah.
b. Dibuat garitan sedlam ± 10 cm selebar cangkul, dengan jarak antar garitan 60-70 cm, lalu diamparkan pupuk kandang matang disebar sepanjang garitan
c. Jika ditemukan akar tanaman atau gulma yang berbintil (bengkak) oleh serngan nematoda, maka dilakukan pemberian nematisida.
3. Jenis dan dosis pupuk
a. Pupuk kandang matang yang diberikan 20-30 ton/ha disebarkan rata pada garitan yang telah dibuat.
b. Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK sebanyak 100 kg/ha atau pupuk tunggal terdiri atas TSP atau super fofat 250-300 kh, Urea 200-300 kg, ZA 300-400 kg dan KCl 200-300 kg. Semua pupuk buatan dicampur dan diberikan sekaligus pada waktu tanam diletakkan di antara umbi bibit.
c. Garitan yang telah diberi pupuk dan ditanami kentang ditutup tanah, lalu disiram.
4. Penanaman
a. Bibit diletakkan antara pupuk buatan dengan mata tunas menghadap ke atas, dengan jarak tanam 25-30 cm, semakin besar ukuran umbi, semakin lebar jarak tanam.
b. Garitan yang sudah ditanami ditutup dengan selapis tanah yang diambil dari kanan kiri garitan, lalu disiram (bila lahan kering).
5. Pemeliharaan
a. Peyiraman dilakukan bila tidak ada hujan atau sesuai dengan kebutuhan. Tanaman muda memerlukan air cukup, tetapi tidak menggenang.
b. Penyiangan disesuaikan dengan pertumbuhan gulma dan dilakukan tanpa mengganggu sistem perakaran.
c. Pengguludan dilakukan setelah penyiangan, dengan cara menaikan tanah disekeliling tanaman.
d. Ada kalanya pupuk buatan diberikan dua kali. Utntuk pupuk tunggal, pemupukan pertama dilakukan pada waktu tanam sebanyak 2/3 dosis ZA+Urea+KCl serta dosis P. pupuk susulan adalah 1/3 dosis ZA+Urea+KCl, yang diberikan pada saat tanaman berumur 30-45 hari. Untuk pupuk majemuk (NPK) pemupukan pertama 2/3 dosis, dan susulan 1/3 dosis.
e. Didataran sedang, diperlukan mulsa jerami sebanyak 20 ton/ha yang disebar merata setelah pegguludan terakhir. Didataran tinggi, dengan penggunaan mulsa plastik perak, pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik dan infestasi OPT berkurang.
6. Pengamatan OPT
Pengamatan dilakukan pada sampel yang dapat mewakili seluruh pertanaman yang ada. Penetapan tanaman sampel ditetapkan secara sistematik dengan cara:
a. Bentuk diagonal, digunakan pada pertanaman yang tidak terlalu luas (≤0.2 m2). Tanaman sampel terletak pada garis diagonal atau sekitar garis tersebut.
b. Bentuk sub-petak pada diagonal, untuk menghitung insiden dan intensitas sernagn virus dan bakteri, pola pengambilan sampel secara diagonal. Diambil 4 sub petak sampel dan tiap sub petak sampel terdiri atas 100 tanaman. Dari setiap sub petak diambil 10 tanaman sampel.
Banyaknya tanaman sampel yang akan diamati pada setiap waktu pengamatan suntuk setiap areal pertanaman untuk kentang belum ada, untuk sementara dapat ukuran yang digunakan pada PHT Kubis (Sastrosiswojo et al. 2000) atau pada PHT tomat (Setiawati et al. 2001), yaitu:
a. Jumlah tanaman sampel
– Luas pertanaman sampai 0,2 ha sebanyak 10 tanaman sampel
– Luas pertanaman > 0,2-0,4 ha sebanyak 20 tanaman sampel
– Luas pertanaman > 0,4-0,6 ha sebanyak 30 tanaman sampel
– Luas pertanaman > 0,6-0,8 ha sebanyak 40 tanaman sampel
– Luas pertanaman > 0,8-1,0 ha sebanyak 50 tanaman sampel
b. Interval pengamatan
Interval pengamatan ditentukan oleh lamanya daur hidup OPT yang diamati, kemampuan berkembang biak, tingkat serangan/kerusakan dan tingkat populasi. Untuk kebanykan tanaman termasuk kentang, interval pengamatan adalah 7 hari telah dianggap cukup mewakili semua OPT penting. Untuk beberpa patogen penyakit tertentu seperti busuk daun perlu pengamatan 2-3 hari sekali. Pengamatan populasi hama dan tingkat kerusakan tanaman dilakukan pada pagi atau sore hari.
7. Pengambilan keputusan pengendalian OPT
Dalam PHT, penggunaan pestisida dilakukan apabila populasi OPT/tingkat kerusakan tanaman sudah sampai pada level yang harus dikendalikan. Beberapa hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai dasar pengendalian secara kimiawi, antara lain:
No OPT Penting Nilai Ambang
1. Penggerek umbi 25 ngengat/perngkap pada MH
100 ngengat/perngkap feromon seks pada MK
20 larva/100tanaman sampel
2. Kutu daun 7 ekor nimfa/10 daun sampel
3. Trips 100 ekor nimfa/10 daun sampel
4. Busuk daun 1 bercak aktif/10 tanaman sampel
5. Layu bakteri 1 tanaman/100 tanaman
6. Virus 10% tanaman muda
Tindakan pengendalian hama:
– Ulat tanah dikumpulkan dari sekitar tanaman yang terpotong atau rusak kemudian dimusnahkan.
– Daun yang terserang penggerek umbi dipetik, dikumpulkan dalam kantung plastik kemudian dimusnahkan. Ulat pemakan daun dikumpulkan dan dimusnahkan.
– Tanaman yang terserang penyakit layu cendawan atau bakteri dicabut bersama umbi dan tanahnya dimasukkan ke dalam kantung plastik, kemudian dimusnahkan.
– Tanaman yang terserang virus kurang dari 10% dan populasi kutu daun rendah, maka tanaman yang sakit dicabut dan dimusnahkan.
– Apabila tanaman terserang penggorok daun, dikendalikan dengan membuat perngkap kuning yang disesuaikan dengan luas lahan.
– Serangan P. operculella dapat dikendalikan dengan pembuatan guludan untuk menutupi umbi kentang yang terbuka di permukaan tanah untuk menghindari peletakkan telur pada umbi oleh ngengat.
– Apabila populasi M. persicae mencapai amabang kendali (7nimfa/10 daun sampel) pertanaman kentang disemprot insektisida seperti Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Agrimec 10 EC
– Jika populasi nimfa T. palmi mencapai ambang kendali (100 nimfa/10 daun sampel) pertanaman kentang disemprot dengan pestisida Pegasus 500 SC, Mesurol 50 WP, serta Curacron 500 EC dan Agrimec 18 EC yang diaplikasikan secara bergantian.
Tindakan pengendalian penyakit:
a. Penyakit virus dan bakteri
Tanaman kentang yang menunjukan gejala serangan virus atau layu bakteri dicabut lalu dimusnahkan. Tanaman yang terserang virus dan layu bakteri tidak boleh digunakan sebagai bibit.
b. Penyakit busuk daun
– Jika penyakit busuk daun P. infestans pada pengamatan pertama ditemukan satu bercak aktif/10 tanaman sampel, maka tanaman disemprot fungisida sistemik seperti Ridomil MZ 8/64 WR, Ridomil Gold MZ 4/64 WP, Topsin M 70 WP, Delsene MX 200, Previour N, Pruvit PR 10/56 WP.
– Pada pengamatan-2 tidak ada bercak aktif tidak perlu disemprot. Bila ditemukan bercak aktif, tanaman disemprot dengan fungisida sistemik seperti Antracol 70 WP, Daconil 70 WP, Dithane M45, Phycosan 70 WP, Polyram 80 WP, Vandozeb 80 WP, Menzate 200.
– Pada pengamatan-3 bila terdapat bercak aktif, disemprot dengan fungisida sistemik.
– Pada pengamatan-4 bila terdapat bercak aktif, disemprot dengan fungisida kontak.
– Pada pengamatan-5 bila terdapat bercak aktif, disemprot dengan fungisida sistemik.
– Pada pengamatan-6 dan seterusnya bila ada bercak aktif hanya menggunakan fungisida kontak saja.
– Penggunaan fungisida sistemik dalam satu musim tidak lebih dari 3 kali.
8. Panen dan pascapanen
Ketang siap dipanen jika 80% tanaman sudah menguning. Umbi-umbi sakit dipisahkan dan dimusnahkan. Umbi konsumsi dikelompokan berdasarkan ukuran, begitupula dengan umbi bibit dikelompokan berdasarkan kelas bibit.
Peningkatan peran musuh alami
Musuh alami dapat menekan perkembangan hama dan penyakit pengganggu tanaman. Keberadaan musuh alami perlu dijaga untuk mengontrol populasi hama dan patogen. Musuh alami terdiri dari parasitoid, predator dan entomopatogen. Parasitoid dapat menyerang setiap instar serangga walaupun serangga instar dewasa yang paling jarang terparasit. Cofesia ruficrus merupakan sejenis tabuhan Braconidae yang berperan sebagai parasitoid ulat tanah. Hemiptarsenus varicornis dan Opius sp. merupakan penting pada hama L. huidobrensis. Eriborus argenteopilosusdalah parasit ulat buah tomat Helicoverpa dan ulat grayak Spodoptera sp. Predator merupakan hewan yang memangsa hewan lain. Predator dapat membunuh beberpa individu mangsa selama satu siklus hidup. Amblyseius cucumeris adalah tungau predator yang merupakan salah satu musuh alami trips yang penting. Cheilomenes (=Menochilus) sexmaculatus (Tribus: Coccinellini) merupakan kumbang kubah yang dapat memangsa kutu daun B. tabaci dan Trips sp mulai dari instar larva hingga dewasa. Serangga Harmonia sedecimnotata hidup sebagai pemangsa berbagai jenis kutu daun. Entomopatogen adalah organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada serangga, yang termasuk dalam entomopatogen antara lain adalah bakteri, cendawan, virus dan nematoda. Beauveria bassiana merupakan sejenis jamur yang dapat menghasilkan toxin seperti beaurerisin, beauverolit, bassianalit, isorolit dan asam oksalat yang menyebabkan kenaikan pH, penggumpalan dan terhentinya peredaran daran serta merusak saluran pencernaan, otot, sistem saraf dan pernafasan yang pada akhirnya menyebabkan kematian pada sernagga. Phthorimaea operculella Granulosis Virus (PoGV) merupakan biopestisida berupa tepung dan bersifat sebagai racun perut yang akan membunuh larva P. operculella. Steinernema spp merupakan golongan nematoda yang dapat menyerang ulat grayak.
Pestisida kimia
Berdasarkan konsep PHT pestisida hanya digunakan kalau memang benar-benar diperlukan yaitu bila populasi OPT tau tingkat kerusakan tanaman sudah mencapai ambang pengendalian. Selain itu, penggunaannya harus hati-hati dan sekecil mungkin gangguannya terhadap lingkungan. Secara umum penggunaan pestisida harus mengikuti lima kaidah: tepat sasaran, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis/konsentrasi dan tepat cara penggunaan. Pestisida selektif adalah pestisida yang efektif membunuh OPT sasaran tetapi tidak mengganggu musu alami.
Pestisida nabati
Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahand asarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Beberapa tanaman yang dapat dijadikan sebagaai bahan pestisida nabati yaitu mimba,
lengkuas, sirsak, tembakau, cengkeh dan serai wangi.
semoga bermanfaat........
Pengendalian Hama Terpadu pada Kentang
Posted by pengendalian hama terpadu on Tuesday, April 5, 2016
pengendalian hama kelapa sawit
kelapa sawit |
Pengendalian Hama Utama Kelapa Sawit. dalam tulisan kali ini akan di bahas mengenai jenis – jenis hama tanaman kelapa sawit. Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya adalah “mengendalikan suatu kehidupan”. Oleh karena itu konsep pengendaliannya dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup (hama/penyakit) itu sendiri. Pengetahuan terhadap bagian “paling lemah” dari seluruh mata rantai siklus hidupnya sangat berguna di dalam pengendalian hama dan penyakit yang efektif.
Bagian yang dinilai paling lemah dari siklus hidup hama dan penyakit merupakan titik kritis (crucial point) karena akan menjadi dasar acuan untuk pengambilan keputusan pengenda-liannya.
Pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia, terpadu) dan waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hidup dimaksud.
Pengelola kebun dituntut untuk dapat meramalkan berbagai kemungkinan ledakan hama dan penyakit yang potensial. Per- kiraan tersebut dapat bertitik tolak dari kondisi alam, iklim dan jenis hama dan penyakit yang ada di areal, dinilai dari situasi dan kondisi yang paling memungkinkan.
Upaya mendeteksi hama dan penyakit pada waktu yang lebih dini mutlak untuk dilaksanakan. Keuntungan deteksi dini adalah selain akan memudahkan tindakan pencegahan dan pe-ngendaliannya juga agar tidak terjadi ledakan serangan yang tidak terkendali/terduga. Secara ekonomis biaya pengendalian melalui deteksi dini dipastikan jauh lebih rendah daripada pengendalian serangan hama/penyakit yang sudah menyebar luas.
JENIS-JENIS HAMA KELAPA SAWIT
Secara umum, jenis-jenis hama yang banyak menyerang tanaman kelapa sawit dikelompokkan ke dalam 6 golongan, yaitu :
– Ulat Api dan Ulat Kantong
– Tikus
– Oryctes (Oryctes rhinoceros)
– Tirathaba
– Rayap
– Adoretus dan Apogonia
HAMA ULAT API DAN ULAT KANTONG
Serangan hama ulat api dan ulat kantong (atau disebut ulat pemakan daun kelapa sawit), telah banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dengan terjadinya eksplosi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) tanaman yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi (Tabel 9.1).
Jenis – jenis hama ulat api :
1. Setothosea asigna
2. Setora nitens
3. Darna trima
4. Thosea bisura
5. Ploneta diducta
6. Thosea vetusta
7. Mahasena corbetti
8. Metisa plana
9. Cremastopsyche pendula
Siklus hidup hama ulat pemakan daun kelapa sawit melalui empat stadia sebagai berikut :
1. Telur
2. Larva (ulat)
3. Pupa (kepompong)
4. Dewasa
Kemudian kawin dan bertelur kembali.
Laju perkembangan populasi terutama didukung oleh kemampuan berbiak dan waktu yang digunakan dalam menyelesaikan siklus hidup. Makin tinggi daya berbiak serta makin pendek siklus hidup maka makin cepat pula laju pertambahan populasi. Hal ini berarti bahwa toleransi terhadap tingkat batas kritis populasi menjadi lebih rendah.
PENGENDALIAN TERPADU HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADA TANAMAN JAGUNG
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kendala dalam budidaya jagung yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung antara lain adalah serangan hama dan penyakit. Hama yang sering dijumpai menyerang pertanaman jagung adalah ulat Penggerek batang jagung, Kutu daun, ulat Penggerek tongkol, dan Thrips. Bulai, Hawar daun, dan Karat adalah penyakit yang sering muncul di pertanaman jagung dan dapat menurunkan produksi jagung.
Upaya pengendalian oleh petani pada saat ini adalah dengan menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya yang tidak ramah lingkungan. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang mengintegrasikan komponen pengendalian yang selaras terbukti tidak hanya meningkatkan produksi jagung tetapi juga pendapatan petani. Sistim PHT melibatkan semua komponen yang berpeluang untuk menekan atau mencegah hama untuk mencapai ambang batas populasi merusak secara ekonomi (economic injury level/ economic threshold) (Willson, 1990). Sistim PHT yang bertujuan mengupayakan agar OPT tidak menimbulkan kerugian melalui cara-cara pengendalian yang efektif, ekonomis, dan aman bagi khalayak, produsen, dan lingkungan menjadi acuan dasar dalam pengendalain OPT agar petani tidak bergantung pada pestisida atau bahan kimia lainnya.
Tujuan
Mengetahui jenis hama dan penyakit di ekosisitem pertanaman.
Mengetahui kelimpahan artropoda yang menghuni pertanaman dan mengelompokkanya berdasarkan perannya.
Menerapkan teknik sampling dan teknik pengamatan pada beberapa ekosistem pertanaman.
Menganalisis kelimpahan arttropoda yang menghuni ekosistem pertanaman dan kaitannya dengan intensitas kerusakan dan praktek budidaya
Menentukan tingkat kejadian dan keparahan penyakit dan kaitannya dengan praktek budidaya.
Komoditas Jagung
Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.
Jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious), yaitu letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina dalam satu tanaman. Dalam taksonominya jagung termasuk dalam ordo Tripsaceae, famili Poaceae, sub famili Panicoideae, genus Zea, dan spesies Zea mays L, (Muhadjir, 1988).
Organisme Pengganggu Tanaman Penting pada Jagung
1. Bulai
Gejala. Gejala penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih sampai kekuningan diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya adalah pada pagi hari di sisi bawah daun jagung terdapat lapisan beledu putih yang terdiri dari konidiofor dan konidium jamur. Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda biasanya tidak membentuk buah, tetapi bila infeksinya pada tanaman yang lebih tua masih terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil.
Penyebab. Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara dan Batu Malang Jawa Timur.
Cara pengendalian. Menanam varietas tahan: Sukmaraga, Lagaligo, Srikandi, Lamuru dan Gumarang. Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan. Melakukan penanaman jagung secara serempak. Melakukan eradikasi tanaman yang terinfeksi bulai. Serta Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan dosis 0,7 g bahan aktif per kg benih.
2. Hawar daun
Gejala. Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15 Cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang. Penyebab penyakit hawar daun adalah : Helminthosporium turcicum
Cara pengendalian. Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5. Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun. Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.
3. Karat
Gejala. Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau. Penyebab penyakit karat adalah Puccinia polysora
Cara pengendalian. Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10. Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma. Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil.
4) Ostrinia furnacalis
Penggerek batang, Ostrinia furnacalis Guenee, merupakan salah satu hama utama pada tanaman jagung sehingga keberadaannya perlu diwaspadai. Kehilangan hasil akibat hama tersebut mencapai 20−80%. Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi oleh padat populasi larva O. furnacalis serta umur tanaman saat terserang. Telur O. Furnacalis diletakkan secara berkelompok pada bagian bawah daun, bentuknya menyerupai sisik ikan dengan ukuran yang berbeda-beda. Periode telur berlangsung 3−4 hari. Larva terdiri atas lima instar, setiap instar lamanya 3−7 hari. Stadium pupa berlangsung 7−9 hari. Lama hidup ngengat adalah 2−7 hari sehingga siklus hidup dari telur hingga ngengat adalah 27−46 hari dengan rata-rata 37,50 hari.
Musuh alami O. furnacalis yang ditemukan di Sulawesi Selatan, seperti di Maros, Barru, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, dan Sinjai adalah parasitoid telur Trichogramma evanescens dan parasitoid larva dari ordo/famili Hymenoptera/Ichneumonidae (1 spesies), Hymenoptera/Braconidae (1 spesies), dan Diptera/Tachinidae (1 spesies). Persentase telur O. furnacalis yang terparasit dalam satu kelompok berkisar antara 71,56−89,80%. Larva O. furnacalis yang terparasit Ichneumonidae, Braconidae, dan Tachinidae berkisar antara 1−6%. Parasitoid telur lebih efektif menekan populasi O. Furnacalis dibanding parasitoid larva. Jenis-jenis predator telur dan larva O. furnacalis adalah Cocopet (Proreus sp., Euborellia sp.) dan laba-laba (Lycosa sp., Chrysopa sp., dan Orius tristicolor), sedangkan patogen yang efektif menekan populasi O. furnacalis adalah Metarhizium anisopliae dan Beauveria bassiana. Keefektifan kedua jenis cendawan tersebut bergantung pada konsentrasi konidia dan stadium perkembangan larva O. furnacalis; makin muda stadium larva makin tinggi tingkat mortalitasnya (Wakman 2005)
5) Rhopalisiphum maidis
Tanaman yang menjadi inang utama bagi kutu daun ini sebenarnya adalah jagung. Akan tetapi kutu ini memiliki inang alternative mulai dari tanaman padi sampai pada tanaman hutan seperti Acacia sp. Kutu ini menginfeksi semua bagian tanaman, akan tetapi infeksi terbanyak terjadi pada daun. Kutu ini selain merusak daun tanaman inangnya juga membawa sebagai vector dari berbagai macam virus penyakit (Mau dan Kessing, 1992). Populasi kutu ini dapat mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini disebabkan oleh sifat perkembangbiakkannya yang parthenogenesis. Perkembangbiakan secara parthenogenesis memungkinkan suatu spesies untuk melestarikan jenisnya tanpa harus melakukan perkawinan (Kalshoven, 1981). Daur hidup kutu ini dimulai dari telur, kemudian nympha, dan kutu dewasa. Pada fase nympha, kutu ini mengalami 4 tahapan. Tahapan pertama nympha akan tampak berwarna hijau cerah dan sudah terdapat antena. Tahap nympha kedua tampak berwarna hijau pale dan sudah tampak kepala, abdomen, mata berwarna merah, dan antenna yang terlihat lebih gelap dari pada warna tubuh. Pada tahap ketiga, antena akan terbagi menjadi 2 segmen, warna tubuh masih hijau pale dengan sedikit lebih gelap pada sisi lateral tubuhnya, kaki tampak lebih gelap daripada warna tubuh (Kalshoven, 1981). Kutu dewasa ada beberapa yang memiliki sayap (alate) dan yang tidak memiliki saya (apterous). Sayap pada kutu ini memiliki panjang antara 0,04 to 0,088 inchi. Tubuh kutu dewasa berwarna kuning kehijauan sampai berwarna hijau gelap (Kalshoven, 1981).
Populasi kutu ini dapat dikontrol dengan kehadiran Aphelinus maidis. A. maidis akan memparasit kutu ini pada fase nympha. Selain itu, terdapat juga organisme predator seperti Allograpta sp. dan beberapa jenis kumbang (Kalshoven, 1981).
6) Cnaphalocrosis medinalis
Hama putih palsu jarang menjadi hama utama padi. Serangannya menjadi berarti bila kerusakan pada daun pada fase anakan maksimum dan fase pematangan mencapai > 50%. Tanda-tanda Serangan berupa kerusakan akibat serangan larva hama putih palsu terlihat dengan adanya warna putih pada daun di pertanaman. Larva makan jaringan hijau daun dari dalam lipatan daun meninggalkan permukaan bawah daun yang berwarna putih. Siklus hidup hama ini berkisar 30-60 hari. Tanda pertama adanya infestasi hama putih palsu adalah kehadiran ngengat berwarna kuning coklat yang memiliki tiga buah pita hitam dengan garis lengkap atau terputus pada bagian sayap depan. Pada saat beristirahat, ngengat berbentuk segi tiga. Untuk mengendalikan hama putih palsu perlu dilakukan upayakan pemeliharaan tanaman sebaik mungkin agar pertanaman tumbuh secara baik, sehat, dan seragam. Penggunakan insektisida (bila diperlukan) berbahan aktiffipronil atau karbofuran.
C) Musuh Alami
1. Famili Coccinellidae
Musuh alami merupakan salah satu komponen dalam pengendalian hama terpadu (PHT), sehingga penelitian pemanfaatan musuh alami (predator, parasitoid dan patogen) sangat penting untuk mendukung keberhasilan pengendalian hama tanaman yangn berwawasan lingkungan. Menurut Kalshoven (1981) musuh alami ini termasuk kumbang buas dari famili Coccinellidae dan ordo Coleoptera, imago berwarna merah dengan becak hitam melintang pada bagian elitra. Predator tersebut panjangnya 5-6 mm, tersebar luas di daerah tropik. Larva mencapai panjang 8 mm, berwarna hitam kecoklatan dengan garis kuning melintang di bagian abdomen dan terdapat empat baris setae. Imago tertarik cahaya matahari dan sering mengunjungi bunga yang sedang mekar. Perkembangan dari telur sampai dewasa mencapai 18-24 hari. Di Jawa predator tersebut ditemukan pada tanaman pertanian yang banyak aphisnya, sangat rakus terhadap mangsanya dan bila tidak menemukan mangsa mereka kadang-kadang mengkonsumsi polen.
Predasi, dalam arti luas merupakan cara hidup binatang dan dalam arti khusus merupakan pola hidup serangga pemangsa termasuk Menochilus sexmaculatus. Beberapa keberhasilan pengendalian hayati hama tanaman pertanian adalah melalui pemanfaatan predator. Menurut Holling (1961), terdapat lima komponen hubungan antara predator dan mangsa yaitu :
1. Kepadatan mangsa
2. Kepadatan predator
3. Keadaan lingkungan, seperti adanya makanan alternatif
4. Sifat mangsa, misalnya mekanisme mepertahankan diri dari serangan pemangsa
5. Sifat predator, misalnya cara menyerang mangsa.
Penggunaan predator sebagai agen hayati pengendalian hama tanaman memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan cara pengendalian lainnya karena aman, permanen dan ekonomis. Keamanan dari pemanfaatan predator merupakan faktor penting, sebab banyak musuh alami bersifat spesifik (khusus) terhadap mangsa tertentu. Musuh alami yang efisien memberikan pengaruh pada fuktuasi populasi mangsa tanpa adanya campur tangan manusia. Sekali predator mapan di suatu tempat maka untuk jangka lama mereka secara alami mengendalikan populasi mangsanya.
Kelemahan kecil pemanfaatan predator adalah perlunya waktu cukup lama untuk mendapatkan predator yang efektif sebagai agen hayati pengendalian hama tanaman. Pengendalian hayati menggunakan predator membutuhkan penelitian yang kompleks dan melibatkan kaitan antara pemangsa, mangsa (hama) dan tanaman inang dari mangsa.
2. Famili Syrphidae
Umum disebut Hover fly karena kemampuannya melakukan hovering. Syrphidae termasuk famili yang besar. Tercatat terdapat 870 spesies di Amerika Utara, 250 spesies di Eropa kepulauan Inggris, 300 spesies di Eropa daratan dan mungkin lebih banyak lagi di Asia termasuk Indonesia. Anggota Syrphidae hidup pada berbagai habitat dengan beragam peran sebagai saprofag, mikofag, herbivore, dan predator. Subfamili yang anggotanya sebagian besar menjadi predator terutama kutu daun adalah Subfamili Syrphinae. Beberapa contoh spesies yang telah dikenal sebagai predator di agroekosistem adalah: Episyrphus balteatus, Syrphus corrolae, dan Ischidion scutellaris.
semoga bermanfaat dan share buat teman yang lain..
PENGENDALIAN TERPADU HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADA TANAMAN JAGUNG
Posted by pengendalian hama terpadu on Friday, April 1, 2016
PENGENDALIAN HAMA TERPADU SAWIT DAN KARET
1.4. Hama Atau Penyakit Yang Di Jumpai
A. Penyakit Tanman karet
1. Jamur akar Putih
2. sadap kanker garis
3. sadap mouldy rot
4. sadap kering alur sadap
5. nekrosis kulit
6. jamur upas
7. gugur daun collettrichum
8. gugur daun corynespora
Hama tanaman karet
1. babi hutan
2. uret
3. rayap
Gulma pada tanaman karet
1. alang-lang
2. riuh
3. Sambung rambut
B. Penyakit Pada Tanaman Sawit
1. busuk pangkal batang kelapa sawit
2. akar blast disease
Batang dry basal rot
Hama tanaman kelapa sawit
1.ulat api
2.tikus
3.landak
4.babi hutan
gulma tanaman kelapa sawit
1.teki-tekian
2.pakis
3.ilalang
Hama ,Penyakit Dan Gulma Pada Tanaman Kelapa Sawit
HAMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
1. serangan Ulat Api Pada tanaman kelapa sawit
Ulat api termasuk ke dalam famili Limacodidae, ordo Lepidoptera (bangsa ngengat). Ulat ini ‘tidak berkaki’ atau apoda, meskipun jika diperhatikan dengan lebih jeli, di bagian ventral tubuhnya terdapat bangunan mirip mangkuk pengisap. Salah satu genus ulat api, yaitu Chalcocelis bertubuh mirip buah kolang-kaling, tanpa satupun duri beracun, berwarna putih kehijau-hijauan, dan tidak berkaki. Itulah sebabnya, genus ini disebut secara umum sebagai Ulat Kolang-kaling. Pupa ulat api berbentuk bulat mirip telur, berwarna coklat tua, dan bertekstur agak keras, dan melekat pada daun. Ngengat berwarna coklat kusam.
Gejala Serangan
Hama ulat api ini sangat berbahaya karena dapat melumpuhkan metabolisme pertumbuhan tanaman kelapa sawitulat api ini memakan daun
Ulat api memiliki banyak inang, salah satu diantaranya adalah tanaman kelapa sawit. Jenis ulat api yang menyerang kelapa sawit antara lain Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima, dan Ploneta diducta namun jenis ulat api yang banyak menyerang tanaman kelapa sawit adalah S. asigna dan S. nitens.
Cara pengendalian hama ulat api ini ada dua cara yaitu :
1. cara kimia : yaitu dengan cara penyemprotan pestisida metadol dalam penyiraman ini dilihat dari umur tanaman jika tanaman tinggi maka di pakai cara pengasapan pengasapan di lakukan dari sore hingga malam, kenapa harus pada sore hari hingga malam karena angina sekitar akan buyar dan mengurangi pencemara lingkunagan.
2. cara hayati : yaitu dengan kumbang kepik dan bunga tunera
Kumbang kepik adalah salah satu cara pengendalian hama ulat api dan bunga tunera,di TBS sengaja di tanam bunga tunera sengaja di budidayakan oleh pihak TBS cara penanaman oleh pihak TBS adalah dengan cara di setiap tanaman depan di beri 5 bunga tunera ini.
3. Tikus
Tikus adalah binatang yang sangat tidak disukai oleh manusia, selain menjijikkan ternyata tikus juga telah memberikan kerugian yang cukup besar bagi perekonomian sumber kehidupan manusia, seperti kebun kelapa sawit yang saat ini sedang booming karena harganya yang cukup signifikan
Gejala Serangan
Akabit dari serangan tikus ini adalah menyebabkan mati pada tanaman karena tikus memakan akar tanaman dan akhirnya tanaman mati.
Cara Pengendalian
1. kimia : yaitu dengan penggunaan klerak CIU (terutama Sapindus rarak De Candole, dapat pula S. mukorossi) atau dikenal juga sebagai rerek atau lamuran adalah tumbuhan yang dikenal karena kegunaan bijinya yang dipakai sebagai deterjen tradisional
2. hayati yaitu dengan menggunakan burung hantu .
3. Landak
Landak adalah hewan pengerat (Rodentia) yang memiliki rambut yang tebal dan berbentuk duri tajam. Hewan ini ditemukan di Asia, Afrika, maupun Amerika, dan cenderung menyebar di kawasan tropika. Landak merupakan hewan pengerat terbesar ketiga dari segi ukuran tubuh, setelah kapibara dan berang-berang. Hewan ini agak "membulat" serta tidak terlalu lincah apabila dibandingkan dengan tikus. Karena rambut durinya, hewan lain yang mirip namun bukan pengerat, seperti hedgehog dan landak semut (Echidna), juga dikenali sebagai "landak". Landak secara umum adalah herbivora, dan menyukai daun, batang, khususnya bagian kulit kayu. Karena hal inilah banyak landak dianggap sebagai hama tanaman pertanian. Meskipun demikian, orang juga menjadikan landak sebagai salah satu bahan pangan[1]. Sate landak merupakan salah satu menu khas dari Kabupaten Karanganyar
Gejala serangan
Gejala serangannya ditunjukkan dengan rusaknya tanaman yang muda karena tercabut dari lubang tanamnya. Dengan kukunya yang tajam, landak akan menggali pangkal batang dan merusak bonggol perakaran. Akibatnya tanaman sawit muda akan tercabut dari lubang tanam dan mati
Pengendalian
Pengendalian hama landak Ini adalah dengan menggunakan jarring yang di pagarka di sekeliling tanaman kelapa sawit sehingga apabila landak ini dekat akan tersangkut oleh jarum2 bulu landak.dan selain dengan jarring juga bisa di gunakan dengan cara berburu, dan menggunakan jasa burung hantu.
4. Babi
Babi hutan merupakan jenis hama mammalia penting pada perkebunan kelapa sawit. Sebenarnya satwa ini bukanlah merupakan penghuni tetap pada ekosistim perkebunan kelapa sawit. Kerusakan yang ditimbulkannya pada kelapa sawit hanya merupakan efek sekunder dari kehadirannya pada kebun sawit. Mereka adalah salah satu penghuni tetap hutan. Habitatnya meliputi kisaran geografis yang sangat beragam, pada hampir semua ekosistim, mulai dari padang alang-alang, semak belukar, hutan sekunder, hutan payau, hingga hutan pegunungan.
Gejala Yang Di Timbulkan
Babi hutan terutama menyerang tanaman kelapa sawit yang masih muda atau yang baru ditanam, karena mereka menyukai umbutnya yang lunak. Timbulnya serangan babi hutan pada tanaman kelapa sawit tidak semata-mata karena populasinya yang tinggi di habitatnya dalam hutan yang berdekatan, tetapi erat hubungannya dengan sifat satwa liar ini yang rakus. Selain memakan umbut mereka juga memakan buah sawit yang sudah membrondol di tanah, dan tandan buah di pohon yang masih terjangkau. Dilaporkan bahwa kematian tanaman muda akibat serangan babi hutan di Aceh diperkirakan 15,8%). Sebagai gambaran kerusakan tanaman kelapa sawit yang diakibatkan serangan babi hutan di beberapa daerah pengembangan disajikan pada Tabel 1. Selain itu, serangannya juga menyebabkan kerusakan pada perakaran terutama terhadap akar-akar makan (feeding roots) di sekitar piringan pohon, sehingga dapat menghambat penyerapan air dan hara dari tanah dan mendorong timbulnya penyakit akar.
Pengendalian
Upaya melindungi tanaman kelapa sawit terhadap serangan babi adalah dengan menghalau babi sehingga tidak memasuki areal perkebunan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa sebagai berikut:
a. Menggunakan electric-fence dengan ketinggian kawat teratas 1,5 m, dengan 4 kawat, sekaligus untuk mencegah babi hutan. Cara ini efektif jika dibarengi dengan membuat barier terbuka tanpa pohon selebar 7,5 – 10 m antara kawat dan tepi hutan, mengikuti sepanjang jalur kawat. Listrik dengan tegangan 50 – 100 volt diaktifkan mulai jam 17.00 hingga 06.00. Cara ini cukup efektif menghalau gajah dan babi hutan di kebun percobaan PPKS di Padang Mandarsah.
b. Membangun parit isolasi selebar 3 m dan dalamnya 2,5 m di sepanjang perbatasan areal kebun dengan hutan. Tanah galian ditempatkan di bagian dalam kebun. Kegiatan ini dapat dilakukan menggunakan alat berat seperti back hoe atau ekskavator. Hasil yang lebih baik jika cara ini dikombinasikan dengan cara a di atas
GULMA PADA TANAMAN SAWIT
1. Teki Ladang
Nutgrass Cyperus rotundus02.jpg
Teki ladang atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.
Gejala
Gejala yang di timbulkan oleh Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segitiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok ini gila sekali
Pengendalian
Pengendalian denghan cara penyemprotan pektisida.
2. Pakis
Tumbuhan paku (atau paku-pakuan) adalah sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta, memiliki pembuluh kayu dan pembuluh tapis) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini mempertahankan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.
Gejala
Gejala yang di timbulkan oleh pakis spesifiknya tidak terlihat. Hanay sekedar gulma pegganggu dan tidak merugikan
Pengendalian
Pengendalian gulma pakis ini dengan cara pengikisan dan pembersihan pada saat pemanenan yang dilakukan oleh pekerja.
3. ilalang frames
Pokok Lalang merupakan sejenis tumbuhan yang terdapat di hutan Malaysia. Pokok ini juga terdapat di negara-negara tropika dan kawasan serdahana lain termasuk ASEAN. Nama botani pokok Keladan adalah Imperata cylindrica.Lalang dianggap salah satu rumpai. Lalang mudah membiak melalui benih yang ditiup angin, melalui keratan rizom.Bagaimanapun lalang mempunyai kepentingan tertentu. Lalang merupakan sejenis pokok perintis yang akan mengkoloni tanah yang diterangkan dari pokok lain dengan pantas. Ini membantu mengurangkan hakisan tanah. Tanah dan galian yang terdedah akibat kehilangan tumbuhan penutup bumi yang asal, dapat digantikan dengan lalang. Ia menghalang air dari hujan lebat menghanyutkan ia tanah tersebut ke tempat lain.Dengan itu lalang dapat membantu mengurangkan hakisan tanah dan pada masa yang sama lalang membantu mengekalkan kesuburan tanah
gejala
gejala yang tanpak pada ilalang ini adalah tertutupnya tanaman yg kita tanam dan terhambatnya perkembangan akar tanaman dan bisa mendatangkan hama lain .
Pengendalian
Pengendalian ilalang ini adalah dengan di tebasa dan di beri pektisida dan penebasan di lakukan dengan secara menyeluruh,
PENYAKIT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
1. Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit
Pengenalan dan Penanggulangan Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma) pada Tanaman Kelapa Sawit. Penyakit ini merupakan penyakit terpenting di perkebunan kelapa sawit Indonesia. Pada areal yang terserang, setiap tahun 1-2 persen tanaman kelapa akan mati. Di areal pertanaman kelapa sawit generasi pertama atau kedua tingkat serangan akan lebih tinggi dan lebih cepat. Serangan berat dapat mengakibatkan populasi tanaman yang berumur kurang dari 15 tahun hingga 20-30 persen.
*Penyebab Penyakit
Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit disebabkan oleh jamur patogen Ganoderma boninense.
Gejala Serangan
Gejala Serangan , gejala awal beberapa pelepah daun yang berada di pucuk berwarna pucat seperti kekurangan unsur hara . Gejala Lanjut: 1. Daun mengalami nekrosis dimulai dari daun tua kemudian ke daun yang lebih muda 2. Pelepah daun akan patah dan menggantung. Dan pupus (pelepah daun muda) tidak bisa membuka dan terkumpul lebih banyak dari biasanya (lebih dari 3 pelepah) 3. 6-12 bulan kemudian tanaman akan mati 4. Penampang batang yang terserang berwarna coklat muda dengan garis seperti pita yang disebut daerah/zona reaksi yaitu tempat berkumpulnya gum Bahan buah /Fruting bodies/ terbentuk pada bagian bawah batang atau pada akar yang sakit biasanya badan buah ini muncul ketika tanaman sudah mati atau rubuh. Tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit busuk pangkal batang tampak daunnya menguning dan layu kemudian pelepahnya terkulai ke tanah yang dimulai pada pelepah daun yang tua.
Penanggulangan Penyakit
1. Membersihkan sumber infeksi sebelum penanaman di bekas areal kelapa dan kelapa sawit, lahan harus benar-benar bersih dari tunggul kelapa dan kelapa sawit
2. Mencegah penularan penyakit dalam kebun a. Pohon yang sudah menunjukkan gejala sakit pada daun umumnya tidak dapat ditolong lagi, maka dianjurkan agar pohon tersebut diracun, kemudian ditebang. Tunggul dan akar-akarnya digali dalam radius 60 cm b. Bila ditemukan pohon dengan gejala serangan awal, dapat dilakukan pembelahan surgery. Bagian yang membusuk diambil kemudian luka tersebut ditutup dengan penutup luka (protectant) misalnya ter, arang.
3. Melakukan pengamatan rutin 1-3 kali setahun oleh orang yang telah berpengalaman. Adanya pembusukan di dalam batang dapat dideteksi dengan memukul-mukul pangkal batang
4. Pengendalian secara Kultur Teknis. Untuk menghindari infeksi (Ganoderma) sp dilakukan pembuatan lubang tanam besar (big hole) berukuran 3 x 3 x 0,8 m.
5. Pengendalian secara Hayati. Dapat dilakukan dengan melakukan aplikasi Trichoderma spp atau Gliocladium sp.
6. Pengendalian secara Kimiawi. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif triadimenol dan Triademorph 10-20 cc untuk menahan perkembangan penyakit
1. Penyakit akar Blast disease
Penyebab : cendawan Rhyzoctonia lamellifera dan Phytium sp.
Gejala serangan :
Bila menyerang pesemaian dapat menyebabkan kematian bibit secara mendadak.
Bila menyerang tanaman dewasa akan menyebabkan daun menjadi layu, kemudian tanaman mati.
Kalau perakaran tanaman dilihat, tampak adanya pembusukan pada akar.
Pengendalian :
Pembuatan pesemaian yang baik agar pertumbuhan bibit sehat dan kuat.
Pemberian air irigasi pada musim kemarau dapat mencegah terjadinya gangguan penyakit ini.
Penyakit garis kuning pada dauN
Penyebab : cendawan Fusarium oxysporum
Gejala serangan :
Infeksi penyakit sudah terjadi pada saat daun belum membuka.
Setelah daun membuka akan tampak adanya bulatan-bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat tempat konidiofora.
Bagian-bagian tersebut kemudian mengering.
Pengendalian : Menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit ini.
Penyakit batang dry basal rot.
Penyebab : cendawan Ceratocyctis paradoxa.
Gejala serangan :
Tandan buah yang sedang berbunga mengalami pembusukan.
Pelepahnya mudah patah, tetapi daun tetap berwarna hijau untuk beberapa saat, meskipun pada akhirnya akan membusuk dan mongering.
Semua gejala tersebut sesungguhnya disebabkan karena terjadinya pembusukan (busuk kering) pada pangkal batang.
Pengendalian : Menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit ini.
2.2. Hama,Penyakit, dan gulma Pada Tanaman Karet
TEHNIK PENGENALAN PHT TANAMAN KARET
Penyakit Jamur Akar Putih
Gejala Serangan
· Mati mendadak seperti tersiram air panas pada musim hujan
· Terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda yang seharusnya belum cukup waktunya berbuah dan bertajuk tipis
· Daun berwarna hijau gelap kusam dan keriput, permukaan daun menelungkup
· Apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benangbenang
berwarna putih kekuningan menempel dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas
· Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat Penyebab: Jamur Rigidoporus lignosus atau R. micropus
Penyakit Bidang Sadap Kanker Garis
Gejala Serangan
· Adanya selaput tipis berwarna putih kelabu dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap, apabila dikerok diatas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak, berwarna coklat atau hitam
· Garis-garis ini berkembang dan berpadu satu sama lain membentuk jalur hitam yang terlihat seperti retak-retak membujur pada kulit pulihan
· Terdapat benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan pada bekas bidang sadap lama sehingga sangat mempersulit penyadapan berikutnya
· Gejala lanjut lateks yang keluar berwarna coklat dan berbau busuk
Penyebab: Phytophthora palmivora
Penyakit Bidang Sadap Mouldy Rot
Gejala serangan
· Adanya lapisan beledru berwarna putih kelabu sejajar dengan alur sadap. Apabila lapusan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman
· Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu
· Pada serangan berat bagian yang sakit membusuk berwarna hitam kecoklatan sehingga sangat mengganggu pemulihan kulit
· Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak bisa lagi disadap.
Penyakit Bidang Sadap Kering Alur Sadap
Gejala serangan
· Tanaman tampak sehat dan pertumbuah tajuk lebih baik dibandingkan tanaman normal
· Tidak keluar lateks di sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian keseluruhan alur sadap ini kering dan tidak mengeluarkan lateks
· Lateks menjadi encer dan kadar karet kering (K3) berkurang
· Kekeringan menjalar sampai ke kaki gajah baru ke panel sebelahnya
· Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi coklat dan kadang-kadang terbentuk gum (blendok)
· Pada gejala lanjut seluruh panel/kulit bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga mengelupas
Penyebab: ketidakseimbangan fisiologis dan penyadapan yang berlebihan
Penyakit Batang : Nekrosis Kulit
Gejala serangan
· Timbul bercak coklat kehitaman seperti memar pada permukaan kulit dan dapat timbul mulai dari kaki gajah sampai di percabangan
· Bercak membesar, bergabung satu sama lain, basah dan akhirnya seluruh kulit batang dan cabang membusuk
· Penyakit berkembang pada lapisan kulit sebelah dalam dan merusak lapisan kambium bahkan sampai ke lapisan kayu
· Serangan lanjut kulit pecah dan terjadi pendarahan karena pembuluh lateks pecah
Penyebab: Jamur Fusarium solani, berasosiasi dengan Botrydiplodia sp
Penyakit Batang : Jamur Upas
Gejala serangan
· Stadium Laba-Laba: Pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera mirip sarang laba-laba
· Stadium Bongkol: Adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring laba-laba
· Stadium Kortisium: Jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benang-benang jamur berwarna merah muda. Jamur telah masuk ke jaringan kayu
· Stadium Nekator: Jamur membentuk lapisan tebal hitam yang terdiri dari jaringan kulit yang membusuk dan kumpulan tetesan lateks yang berwarna coklat kehitaman meleleh di permukaan bidang yang terserang. Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah
Penyebab: Jamur Cortisium salmonicolor
Penyakit Daun: Embun Tepung Oidium
Gejala serangan
· adanya bercak yang tembus cahaya/translucens dan di bawah permukaan daun
terdapat bunder berwarna putih
Penyebab: jamur Oidium sp
Penyakit Daun: Gugur Daun Colletotrichum
Gejala serangan
· adanya bercak coklat kehitaman, tepi daun menggulung. Pada daun umur lebih
dari 10 hari terdapat bercak coklat dengan halo warna kuning selanjutnya bercak
tersebut berlubang
Penyebab: jamur Colletotrichum sp
Penyakit Daun: Gugur Daun Corynespora
Gejala serangan
· adanya guratan menyerupai tulang ikan sejajar pada urat daun
Penyebab: jamur Corynespora sp
Hama rayap
Gejala Serangan
· Adanya gerekan pada batang dari ujung sampai ke akar dan memakan akar
· Biasanya pada kebun yang terserang JAP akan diiringi dengan serangan rayap
sehingga mempercepat matinya tanaman
Penyebab
- Microtermes inopiratus
- Coptotermes convignathus
Hama Babi Hutan
Gejala Serangan
· Tanaman muda tiba-tiba tumbang
· Perakaran rusak, daun menjadi layu dan kering
Penyebab
Sub barbatus, Sus scrofa vittatus
Hama: Uret
Gejala Serangan
Tanaman yang terserang berwarna kuning, layu dan akhirnya mati
Penyebab
Uret tanah Helotrichia serrata, H. sufoflava, H. fessa, Anomala varians, Leucophalis sp
dan Exopholis sp
GULMA
Gulma yang sering dijumpai di kebun karet adalah alang-alang (Imperata cylindrica), Ki
Rinyuh (Chromolaena odorata), dan Sembung Rambat (Mikania micrantha)
Gulma dapat menyebabkan:
- Penurunan hasil
- Penurunan kualitas hasil
- Mempersulit pelaksanaan kegiatan pemeliharaan/panen
- Menjadi inang bagi OPT
- Tertundanya masa panen (sadap)
PENGAMATAN PHT TANAMAN KARET
Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT dalam sistem PHT adalah kegiatan yang meliputi pemantauan dan pengamatan, pengambilan keputusan dan tindakan pengendalian.
Pemantauan adalah kegiatan mengamati dan mengawasi keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor yang mempengaruhi secara berkala/teratur pada tempat/wilayah tertentu. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas atau petani yang terpilih sebagai sampel (unit contoh) pada kantong-kantong serangan OPT di sentra produksi komoditi utama.
Tujuannya adalah untuk mengetahui keberadaan OPT sasaran sehingga dapat ditetapkan
(diramalkan) kerapatan populasi sebaran dan dinamikanya/gejala OPT sasaran pada
kesehatan yang paling dini, sebagai dasar pengambilan keputusan (Early Warning
System). Data pemantauan dapat juga digunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan
pengendalian yang telah dilakukan.
Pengamatan adalah kegiatan penghitungan dan pengumpulan informasi tentang keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor lingkungan yang mempengaruhi pada waktu dan tempat tertentu. Pengamatan dilakukan oleh petani di areal kebunnya untuk memperoleh data sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya tindakan pengendalian yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip PHT pada kesempatan paling dini.
Pengamatan dilakukan secara rutin setiap minggu atau bulan sesuai dengan fase rentan
tanaman/saat mulai munculnya gejala serangan.
Obyek Pengamatan
Obyek-obyek pengamatan yang harus diamati pada tanaman karet meliputi gejala serangan, penyebab, umur tanaman, persentase tanaman terserang, intensitas serangan, populasi OPT per unit contoh, jumlah populasi serangga berguna per unit contoh, organisme lain yang ditemukan, data pendukung (suhu, kelembaban, curah hujan, hari hujan, dan sebagainya).
Pengambilan Contoh
Untuk setiap lokasi diambil 10 pohon contoh secara diagonal dan dianggap mewakili kondisi kebun tersebut. Pohon contoh ada yang tetap dan tidak tetap (selalu berpindah). Pohon contoh tetap biasanya digunakan untuk mengamati perkembangan penyakit dan diamati secara rutin setiap kali pengamatan agar diperoleh data yang dikehendaki. Sedangkan pohon contoh tidak tetap digunakan untuk mengetahui ada tidaknya OPT yang menyerang tanaman (status OPT). Untuk petani dengan luas kepemilikan kebun yang terbatas sebaiknya mengamati seluruh tanamannya dengan melakukan sensus tanaman. Setiap pengamataan dilakukan pencatatan dan analisis hasil pengamatan untuk mengetahui intensitas serangan.
Intensitas Serangan
Intensitas serangan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kerusakan tanaman akibat
serangan OPT.
Penentuan intensitas serangan OPT didasarkan pada:
- Kepadatan populasi
- Derajat kerusakan tanaman yang ditentukan dengan skoring (berat ringannya
kerusakan)
Secara umum tingkat serangan digolongkan menjadi:
Berat : Nyata diatas ambang rasa/kendali
Ringan : Nyata di bawah ambang ras/kendali
Intensitas serangan = (jumlah tanaman terserang/jumlah tanaman yang diamati) x 100 %
TEHNIK PENGAMATAN
1. PENYAKIT JAP
Bagian tanaman yang diamati
Perakaran, daun/tajuk terutama pada tanaman yang dekat dengan tunggul karet atau kebun bertunggul karet
Interval pengamatan
Setiap 3 bulan dimulai sejak tanaman 1-5 tahun terutama pada areal rawan penyakit
Intensitas Serangan
Ringan: benang jamur warna putih baru menempel di permukaan akar, atau kulit akar mulai membusuk karena serangan jamur
Berat: kulit dan kayu akar sudah membusuk karena serangan jamur
2. PENYAKIT BIDANG SADAP : KANKER GARIS
Bagian tanaman yang diamati
Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu dekat dengan permukaan tanah dan kebun yang kelembabannya tinggi
Interval pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap hari sadap selama musim hujan, terutama kebun-kebun yang sering terkena serangan kanker garis
Intensitas Serangan
Ringan: selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap
Berat : lateks yang keluar berwarna coklat dan berbau busuk
3. PENYAKIT BIDANG SADAP : MOULDY ROT
Bagian tanaman yang diamati
Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu sering dan dalam serta kebun yang mempunyai kelembaban tinggi
Interval pengamatan
1-2 minggu selama musim hujan
Intensitas Serangan
Ringan : lapisan beledru berwarna putih kelabu sejajar dengan alur sadap
Berat: bagian yang sakit membusuk dan berwarna kehitaman
4. PENYAKIT BIDANG SADAP : KERING ALUR SADAP
Bagian tanaman yang diamati
Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu sering dan disertai penggunaan bahan perangsang lateks (ethrel)
Interval pengamatan
Setiap hari sadap terutama pada masa gugur daun
Intensitas Serangan
Ringan : Sebagian alur sadap kering
Berat : semua batang kering dan benjol-benjol
5. PENYAKIT BATANG : NEKROSIS KULIT
Bagian tanaman yang diamati
Kulit batang dan cabang
Interval pengamatan
Setiap 3 bulan sekali pada waktu peralihan musim kemarau ke musim hujan
Intensitas Serangan
Ringan : bercak coklat seperti memar pada permukaan kulit
Berat : kulit pecah dan terjadi pendarahan karena pembuluh lateks pecah
6. PENYAKIT BATANG : JAMUR UPAS
Bagian tanaman yang diamati
Batang, cabang dan ranting pada daerah yang bercurah hujan tinggi
Interval pengamatan
1-2 minggu sekali, dimulai pada awal sampai akhir musim hujan terutama daerah yang sering diserang jamur upas dan berkelembaban tinggi
Intensitas Serangan
Ringan : bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera
Berat : Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah
7. PENYAKIT DAUN
Bagian tanaman yang diamati
Daun pada tunas baru smapai daun menjadi hijau (umur 1-15 hari)
Interval pengamatan
Setiap 3 hari sekali mulai pada saat tanaman membentuk tunas baru sampai daun menjadi
hijau. Pengamatan dilakukan pada 10 pohon sampel secara diagonal pada setiap lokasi
pengamatan
Intensitas Serangan
Dinyatakan dalam kerapatan tajuk, makin tipis kerapatan tajuk makin berat intensitas
serangannya, yaitu
- kerapatan tajuk 25 - <> 50- 75 % = serangan ringan
8. HAMA : RAYAP
Bagian tanaman yang diamati
Akar sampai ujung daun, pengamatan dilakukan bersamaan dengan pengamatan JAP
9. HAMA : BABI HUTAN
Bagian tanaman yang diamati
Akar, kulit batang, batang dan daun tanaman muda
Pengamatan:
- Dilakukan pada areal pertanaman yang berdekatan dengan hutan atau padang alang-alang
- Pengamatan terutama dilakukan menjelang subuh atau menjelang maghrib
- Apabila ada tumpukan sisa tanaman, ranting atau tumbuhan perlu dicurigai kemungkinan merupakan sarang babi betina yang akan melahirkan.
Interval Pengamatan
Dilakukan 4 bulan sekali
10. HAMA : URET
Bagian tanaman yang diamati
Akar dan bahan organik di sekitar tanaman biasanya menyerang tanaman muda dan di
pembibitan
IV. PENGENDALIAN OPT TANAMAN KARET
Prioritas pengendalian OPT karet diutamakan pada tind akan pencegahan yang dimulai daripemilihan klon unggul dan tahan terhadap OPT sasaran, menjaga kesehatan tanaman dengan mengatur kelembaban kebun, sanitasi, pemupukan dan penyadapan yang bijaksana. Pengendalian lebih diutamakan secara biologi seperti penggunaan jamur Trichoderma sp dan penanaman tanaman antagonis di sekitar tanaman karet, misalnya, lidah mertua, kunyit, lengkuas, sambiloto, kencur, lempuyang untuk pengendalian penyakit JAP.
Pada pembukaan lahan baru, sebaiknya kebun bersih dari tunggul-tunggul tanaman yang merupakan sumber infeksi OPT tanaman karet. Untuk pencegahan penyakit yang menyerang akar sebaiknya digunakan belerang 100 gram/pohon yang dicampur dengan tanah pengisi lubang tanam bersamaan pada waktu penanaman bibit. Belerang berfungsi untuk meningkatkan kemasaman tanah. Kondisi tanah yang asam dapat menghambat perkembangan jamur antagonis terhadap jamur akar tersebut.
TEHNIK PENGENDALIAN
1. Penyakit Jamur Akar Putih
Deteksi Dini Penyakit
- Penggunaan mulsa/rumput kering pada leher akar, 2-3 minggu kemudian mulsa diangkat, bila terserang JAP akan nampak benang warna putih menempel pada leher akar
- Dilakukan pada awal dan akhir musim hujan Pengendalian
- Pada serangan ringan, perakaran dibuka kemudian bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar
- Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok, bekas kerokan dan potongan diberi ter dan izal kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida
- Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali
- 6 bulan kemudian diamati dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali
- Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur di luar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di dalam kebun
- Bekas lubang dan 4 tanaman sekitarnya ditaburi dengan 200 gram campuran richoderma sp dengan pupuk kandang 200 gram per lubang atau tanaman
- Pencegahan dengan menanam tanaman antagonis seperti lidah mertua, kunyit, lengkuas dan lain-lain.
2. Penyakit Bidang Sadap: Kanker Garis
Pengendalian
- Menanam klon yang tahan yaitu PR 300 dan PR 303
- Jarak tanam tidak terlalu rapat, tanaman penutup tanah yang terlalu lebat
dipangkas
- Pemupukan sesuai dengan dosis anjuran
- Hindari penyadapan terlalu dekat dengan tanah
- Pisau sadap diberi desifektan sebelum digunakan
- Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida dengan kuas di sepanjang jalur 5- 10 cm diatas dan di bawah alur sadap
- Bagian yang membusuk dibersihkan dulu dengan dikerok sampai pada bagian yang masih sehat, baru dioles dengan fungisida
- Pengolesan dilakukan segera setelah penyadapan sebelum lateks membeku
3. Penyakit Bidang Sadap: Mouldy Rot
Pengendalian
- Tidak menanam klon yang rentan terutama di tempat yang beriklim basah atau rawan penyakit seperti GT 1
- Pisau sadap diberi desinfektan sebelum digunakan
- Menurunkan intensitas penyadapan dari S2/d2 menjadi S2/d3 atau S2/d4 atau menghentikan penyadapan pada serangan berat
- Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat pulih
- Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida 5 cm diatas irisan sadap sehari setelah penyadapan dan getak tarik belum dilepas
- Interval pengolesan 1-2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehat
4. Penyakit Bidang Sadap: Kering Alur Sadap
Deteksi Penyakit
Dilakukan sadap tusuk di bawah bidang sadap sampai ke bawah
Pengambilan Keputusan
- segera dilakukan pengendalian apabila sebagian alur sadap mengalami kekeringan
- perlu waspada apabila lateks mulai encer
Pengendalian
- Menurunkan intensitas penyadapan pada pohon/kebun yang telah mulai menunjukkan kekeringan alur sadap
- Menghindari atau menurunkan intensitas penyadapan pada musim gugur daun
- Bidang sadap yang mati dan kulit kering bisa dipulihkan kembali dengan pemberian formulasi oleokimia (Antico F-96, No BB)
- Pemberian oleokimia dengan cara mengerok kulit bidang sadap yang sakit kemudian dioles segera setelah pengerokan selesai
- Satu tahun kemudian kulit yang baru bisa disadap kembali
- Penambahan 160 gram pupuk KCl/pohon/tahun dari dosis anjuran
5. Penyakit Batang : Nekrosis Kulit
Pengendalian
- Tidak menanam klon yang rentan seperti AVROS 2037, GT 1, PB 260, dan PB 235 pada daerah rawan penyakit ini
- Pada prinsipnya sama dengan pengendalian penyakit KAS tetapi ditambah dengan fungisida yang telah direkomendasikan
- Sebelum dioles, kerak pada bidang sadap dikerok dulu. Pengolesan 30 cm sampai keadaan atas batang infeksi dan 20 cm sampai ke bawah batas infeksi
- Pada serangan ringan pengolesan cukup sekali saja, tetapi pada serangan berat bisa diulang pada bulan berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan sampai
tanaman sehat
- Batang/cabang tanaman sehat di sekitar tanaman terserang disemprot atau dioles dengan fungisida seminggu sekali untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih luas
- Batang atau cabang tanaman yang mati dikumpulkan dan dibakar untuk menghilangkan sumber infeksi jamur
6. Penyakit Batang : Jamur Upas
Pengambilan Keputusan
Perlu waspada dan segera dikendalikan apabila pada daerah rawan serangan penya jamur
upas terdapat cabang/ranting tanaman yang patah
Pengendalian
- Menanam klon yang tahan seperti BPM 107, PB 260, PB 330, AVROS 2037, PBM 109, IRR 104, PB 217, PB 340, PBM 1, PR 261, dan RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118.
- Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat
- Cabang/ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkan
- Cabang yang masih menunjukkan gejala awal (sarang laba-laba) segera dioles
dengan fungisida Bubur Bordo, Calixin 750 EC atau Antico F-96 hingga 30 cm ke atas dan ke bawah
- Bubur Bordo dan fungisida yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang telah disadap, karena dapat merusak mutu lateks
- Pada kulit yang mulai membusuk harus dikupas sampai bagian kulit sehat kemudian dioles fungisida hingga 30 cm keatas dan ke bawah dari bagian yang
sakit
7. Penyakit Daun
Pengendalian
- Menanam klon anjuran yaitu RRIC 100, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, PB 340, PB 330, IRR 104, IRR 5, IRR 32, IRR 118, dan IRR 39.
- Pada serangan ringan diberikan pupuk nitrogen 2 kali dosis anjuran pada saat daun mulai terbentuk. Pemberian pupuk dengan cara dibenamkan dalam tanah agar lebih mudah diserap oleh akar
- Pada serangan berat dikendalikan dengan cara disemprot fungisida kontak yang direkomendasikan, pada saat daun mulai terbentuk smapai dengan daun berwarna hijau dengan interval 1 minggu (umur daun 21 hari)
8. Hama : Rayap
Pencegahan
- Sanitasi areal perkebunan
- Membersihkan tunggul-tunggul tanaman sisa pembukaan lahan baru
- Pada saat peremajaan tanaman, lubang tanam perlu diberi perlakuan anti rayap dengan termitisida cair
Pengendalian
- Membongkar sarang
- Penggunaan agen hayati seperti semut, nematoda Steinernema sp dan Heterorhabditi indica, jamur B. Bassiana dan Metarrhizium spp)
- Penyiraman termitisida di sekitar perakaran (1,5 meter dari batang pohon dibuat parit kemudian disiram termitisida 2,5 – 4 liter per meter
- Pembasmian sarang dengan fumigan atau termitisida cair yang disuntik ke pusat sarang
9. Hama : Babi Hutan
Pengendalian
- Sanitasi lingkungan, memasang jaring, perangkap
- Memberi pagar di sekitar areal kebun
- Membuat parit di sekitar areal kebun
- Berburu bersama dengan kelompok pemburu babi misalnya perbakin
- Pemberian umpan beracun, hati-hati jangan sampai racun tersentuh tangan
10. Hama : Uret
Pengendalian
Mengumpulkan uret di sekitar tanaman terserang dan dimatikan
11. Gulma Penting
Pengendalian
- Penyiangan 0,5-1 meter sekeliling tanaman (piringan) harus bersih dari gulma
- Penanaman tanaman penutup dari jenis kacang-kacangan (Centrosema
semoga bermanfaat dan share buat teman yang lain
Wall trend
7:41 AM
New Google SEO
Bandung, Indonesia1.4. Hama Atau Penyakit Yang Di Jumpai
A. Penyakit Tanman karet
1. Jamur akar Putih
2. sadap kanker garis
3. sadap mouldy rot
4. sadap kering alur sadap
5. nekrosis kulit
6. jamur upas
7. gugur daun collettrichum
8. gugur daun corynespora
Hama tanaman karet
1. babi hutan
2. uret
3. rayap
Gulma pada tanaman karet
1. alang-lang
2. riuh
3. Sambung rambut
B. Penyakit Pada Tanaman Sawit
1. busuk pangkal batang kelapa sawit
2. akar blast disease
Batang dry basal rot
Hama tanaman kelapa sawit
1.ulat api
2.tikus
3.landak
4.babi hutan
gulma tanaman kelapa sawit
1.teki-tekian
2.pakis
3.ilalang
Hama ,Penyakit Dan Gulma Pada Tanaman Kelapa Sawit
HAMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
1. serangan Ulat Api Pada tanaman kelapa sawit
Ulat api termasuk ke dalam famili Limacodidae, ordo Lepidoptera (bangsa ngengat). Ulat ini ‘tidak berkaki’ atau apoda, meskipun jika diperhatikan dengan lebih jeli, di bagian ventral tubuhnya terdapat bangunan mirip mangkuk pengisap. Salah satu genus ulat api, yaitu Chalcocelis bertubuh mirip buah kolang-kaling, tanpa satupun duri beracun, berwarna putih kehijau-hijauan, dan tidak berkaki. Itulah sebabnya, genus ini disebut secara umum sebagai Ulat Kolang-kaling. Pupa ulat api berbentuk bulat mirip telur, berwarna coklat tua, dan bertekstur agak keras, dan melekat pada daun. Ngengat berwarna coklat kusam.
Gejala Serangan
Hama ulat api ini sangat berbahaya karena dapat melumpuhkan metabolisme pertumbuhan tanaman kelapa sawitulat api ini memakan daun
Ulat api memiliki banyak inang, salah satu diantaranya adalah tanaman kelapa sawit. Jenis ulat api yang menyerang kelapa sawit antara lain Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima, dan Ploneta diducta namun jenis ulat api yang banyak menyerang tanaman kelapa sawit adalah S. asigna dan S. nitens.
Cara pengendalian hama ulat api ini ada dua cara yaitu :
1. cara kimia : yaitu dengan cara penyemprotan pestisida metadol dalam penyiraman ini dilihat dari umur tanaman jika tanaman tinggi maka di pakai cara pengasapan pengasapan di lakukan dari sore hingga malam, kenapa harus pada sore hari hingga malam karena angina sekitar akan buyar dan mengurangi pencemara lingkunagan.
2. cara hayati : yaitu dengan kumbang kepik dan bunga tunera
Kumbang kepik adalah salah satu cara pengendalian hama ulat api dan bunga tunera,di TBS sengaja di tanam bunga tunera sengaja di budidayakan oleh pihak TBS cara penanaman oleh pihak TBS adalah dengan cara di setiap tanaman depan di beri 5 bunga tunera ini.
3. Tikus
Tikus adalah binatang yang sangat tidak disukai oleh manusia, selain menjijikkan ternyata tikus juga telah memberikan kerugian yang cukup besar bagi perekonomian sumber kehidupan manusia, seperti kebun kelapa sawit yang saat ini sedang booming karena harganya yang cukup signifikan
Gejala Serangan
Akabit dari serangan tikus ini adalah menyebabkan mati pada tanaman karena tikus memakan akar tanaman dan akhirnya tanaman mati.
Cara Pengendalian
1. kimia : yaitu dengan penggunaan klerak CIU (terutama Sapindus rarak De Candole, dapat pula S. mukorossi) atau dikenal juga sebagai rerek atau lamuran adalah tumbuhan yang dikenal karena kegunaan bijinya yang dipakai sebagai deterjen tradisional
2. hayati yaitu dengan menggunakan burung hantu .
3. Landak
Landak adalah hewan pengerat (Rodentia) yang memiliki rambut yang tebal dan berbentuk duri tajam. Hewan ini ditemukan di Asia, Afrika, maupun Amerika, dan cenderung menyebar di kawasan tropika. Landak merupakan hewan pengerat terbesar ketiga dari segi ukuran tubuh, setelah kapibara dan berang-berang. Hewan ini agak "membulat" serta tidak terlalu lincah apabila dibandingkan dengan tikus. Karena rambut durinya, hewan lain yang mirip namun bukan pengerat, seperti hedgehog dan landak semut (Echidna), juga dikenali sebagai "landak". Landak secara umum adalah herbivora, dan menyukai daun, batang, khususnya bagian kulit kayu. Karena hal inilah banyak landak dianggap sebagai hama tanaman pertanian. Meskipun demikian, orang juga menjadikan landak sebagai salah satu bahan pangan[1]. Sate landak merupakan salah satu menu khas dari Kabupaten Karanganyar
Gejala serangan
Gejala serangannya ditunjukkan dengan rusaknya tanaman yang muda karena tercabut dari lubang tanamnya. Dengan kukunya yang tajam, landak akan menggali pangkal batang dan merusak bonggol perakaran. Akibatnya tanaman sawit muda akan tercabut dari lubang tanam dan mati
Pengendalian
Pengendalian hama landak Ini adalah dengan menggunakan jarring yang di pagarka di sekeliling tanaman kelapa sawit sehingga apabila landak ini dekat akan tersangkut oleh jarum2 bulu landak.dan selain dengan jarring juga bisa di gunakan dengan cara berburu, dan menggunakan jasa burung hantu.
4. Babi
Babi hutan merupakan jenis hama mammalia penting pada perkebunan kelapa sawit. Sebenarnya satwa ini bukanlah merupakan penghuni tetap pada ekosistim perkebunan kelapa sawit. Kerusakan yang ditimbulkannya pada kelapa sawit hanya merupakan efek sekunder dari kehadirannya pada kebun sawit. Mereka adalah salah satu penghuni tetap hutan. Habitatnya meliputi kisaran geografis yang sangat beragam, pada hampir semua ekosistim, mulai dari padang alang-alang, semak belukar, hutan sekunder, hutan payau, hingga hutan pegunungan.
Gejala Yang Di Timbulkan
Babi hutan terutama menyerang tanaman kelapa sawit yang masih muda atau yang baru ditanam, karena mereka menyukai umbutnya yang lunak. Timbulnya serangan babi hutan pada tanaman kelapa sawit tidak semata-mata karena populasinya yang tinggi di habitatnya dalam hutan yang berdekatan, tetapi erat hubungannya dengan sifat satwa liar ini yang rakus. Selain memakan umbut mereka juga memakan buah sawit yang sudah membrondol di tanah, dan tandan buah di pohon yang masih terjangkau. Dilaporkan bahwa kematian tanaman muda akibat serangan babi hutan di Aceh diperkirakan 15,8%). Sebagai gambaran kerusakan tanaman kelapa sawit yang diakibatkan serangan babi hutan di beberapa daerah pengembangan disajikan pada Tabel 1. Selain itu, serangannya juga menyebabkan kerusakan pada perakaran terutama terhadap akar-akar makan (feeding roots) di sekitar piringan pohon, sehingga dapat menghambat penyerapan air dan hara dari tanah dan mendorong timbulnya penyakit akar.
Pengendalian
Upaya melindungi tanaman kelapa sawit terhadap serangan babi adalah dengan menghalau babi sehingga tidak memasuki areal perkebunan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa sebagai berikut:
a. Menggunakan electric-fence dengan ketinggian kawat teratas 1,5 m, dengan 4 kawat, sekaligus untuk mencegah babi hutan. Cara ini efektif jika dibarengi dengan membuat barier terbuka tanpa pohon selebar 7,5 – 10 m antara kawat dan tepi hutan, mengikuti sepanjang jalur kawat. Listrik dengan tegangan 50 – 100 volt diaktifkan mulai jam 17.00 hingga 06.00. Cara ini cukup efektif menghalau gajah dan babi hutan di kebun percobaan PPKS di Padang Mandarsah.
b. Membangun parit isolasi selebar 3 m dan dalamnya 2,5 m di sepanjang perbatasan areal kebun dengan hutan. Tanah galian ditempatkan di bagian dalam kebun. Kegiatan ini dapat dilakukan menggunakan alat berat seperti back hoe atau ekskavator. Hasil yang lebih baik jika cara ini dikombinasikan dengan cara a di atas
GULMA PADA TANAMAN SAWIT
1. Teki Ladang
Nutgrass Cyperus rotundus02.jpg
Teki ladang atau Cyperus rotundus adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip. Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan.
Gejala
Gejala yang di timbulkan oleh Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segitiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok ini gila sekali
Pengendalian
Pengendalian denghan cara penyemprotan pektisida.
2. Pakis
Tumbuhan paku (atau paku-pakuan) adalah sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati (Tracheophyta, memiliki pembuluh kayu dan pembuluh tapis) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini mempertahankan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.
Gejala
Gejala yang di timbulkan oleh pakis spesifiknya tidak terlihat. Hanay sekedar gulma pegganggu dan tidak merugikan
Pengendalian
Pengendalian gulma pakis ini dengan cara pengikisan dan pembersihan pada saat pemanenan yang dilakukan oleh pekerja.
3. ilalang frames
Pokok Lalang merupakan sejenis tumbuhan yang terdapat di hutan Malaysia. Pokok ini juga terdapat di negara-negara tropika dan kawasan serdahana lain termasuk ASEAN. Nama botani pokok Keladan adalah Imperata cylindrica.Lalang dianggap salah satu rumpai. Lalang mudah membiak melalui benih yang ditiup angin, melalui keratan rizom.Bagaimanapun lalang mempunyai kepentingan tertentu. Lalang merupakan sejenis pokok perintis yang akan mengkoloni tanah yang diterangkan dari pokok lain dengan pantas. Ini membantu mengurangkan hakisan tanah. Tanah dan galian yang terdedah akibat kehilangan tumbuhan penutup bumi yang asal, dapat digantikan dengan lalang. Ia menghalang air dari hujan lebat menghanyutkan ia tanah tersebut ke tempat lain.Dengan itu lalang dapat membantu mengurangkan hakisan tanah dan pada masa yang sama lalang membantu mengekalkan kesuburan tanah
gejala
gejala yang tanpak pada ilalang ini adalah tertutupnya tanaman yg kita tanam dan terhambatnya perkembangan akar tanaman dan bisa mendatangkan hama lain .
Pengendalian
Pengendalian ilalang ini adalah dengan di tebasa dan di beri pektisida dan penebasan di lakukan dengan secara menyeluruh,
PENYAKIT PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
1. Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit
Pengenalan dan Penanggulangan Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma) pada Tanaman Kelapa Sawit. Penyakit ini merupakan penyakit terpenting di perkebunan kelapa sawit Indonesia. Pada areal yang terserang, setiap tahun 1-2 persen tanaman kelapa akan mati. Di areal pertanaman kelapa sawit generasi pertama atau kedua tingkat serangan akan lebih tinggi dan lebih cepat. Serangan berat dapat mengakibatkan populasi tanaman yang berumur kurang dari 15 tahun hingga 20-30 persen.
*Penyebab Penyakit
Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit disebabkan oleh jamur patogen Ganoderma boninense.
Gejala Serangan
Gejala Serangan , gejala awal beberapa pelepah daun yang berada di pucuk berwarna pucat seperti kekurangan unsur hara . Gejala Lanjut: 1. Daun mengalami nekrosis dimulai dari daun tua kemudian ke daun yang lebih muda 2. Pelepah daun akan patah dan menggantung. Dan pupus (pelepah daun muda) tidak bisa membuka dan terkumpul lebih banyak dari biasanya (lebih dari 3 pelepah) 3. 6-12 bulan kemudian tanaman akan mati 4. Penampang batang yang terserang berwarna coklat muda dengan garis seperti pita yang disebut daerah/zona reaksi yaitu tempat berkumpulnya gum Bahan buah /Fruting bodies/ terbentuk pada bagian bawah batang atau pada akar yang sakit biasanya badan buah ini muncul ketika tanaman sudah mati atau rubuh. Tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit busuk pangkal batang tampak daunnya menguning dan layu kemudian pelepahnya terkulai ke tanah yang dimulai pada pelepah daun yang tua.
Penanggulangan Penyakit
1. Membersihkan sumber infeksi sebelum penanaman di bekas areal kelapa dan kelapa sawit, lahan harus benar-benar bersih dari tunggul kelapa dan kelapa sawit
2. Mencegah penularan penyakit dalam kebun a. Pohon yang sudah menunjukkan gejala sakit pada daun umumnya tidak dapat ditolong lagi, maka dianjurkan agar pohon tersebut diracun, kemudian ditebang. Tunggul dan akar-akarnya digali dalam radius 60 cm b. Bila ditemukan pohon dengan gejala serangan awal, dapat dilakukan pembelahan surgery. Bagian yang membusuk diambil kemudian luka tersebut ditutup dengan penutup luka (protectant) misalnya ter, arang.
3. Melakukan pengamatan rutin 1-3 kali setahun oleh orang yang telah berpengalaman. Adanya pembusukan di dalam batang dapat dideteksi dengan memukul-mukul pangkal batang
4. Pengendalian secara Kultur Teknis. Untuk menghindari infeksi (Ganoderma) sp dilakukan pembuatan lubang tanam besar (big hole) berukuran 3 x 3 x 0,8 m.
5. Pengendalian secara Hayati. Dapat dilakukan dengan melakukan aplikasi Trichoderma spp atau Gliocladium sp.
6. Pengendalian secara Kimiawi. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif triadimenol dan Triademorph 10-20 cc untuk menahan perkembangan penyakit
1. Penyakit akar Blast disease
Penyebab : cendawan Rhyzoctonia lamellifera dan Phytium sp.
Gejala serangan :
Bila menyerang pesemaian dapat menyebabkan kematian bibit secara mendadak.
Bila menyerang tanaman dewasa akan menyebabkan daun menjadi layu, kemudian tanaman mati.
Kalau perakaran tanaman dilihat, tampak adanya pembusukan pada akar.
Pengendalian :
Pembuatan pesemaian yang baik agar pertumbuhan bibit sehat dan kuat.
Pemberian air irigasi pada musim kemarau dapat mencegah terjadinya gangguan penyakit ini.
Penyakit garis kuning pada dauN
Penyebab : cendawan Fusarium oxysporum
Gejala serangan :
Infeksi penyakit sudah terjadi pada saat daun belum membuka.
Setelah daun membuka akan tampak adanya bulatan-bulatan oval berwarna kuning pucat mengelilingi warna coklat tempat konidiofora.
Bagian-bagian tersebut kemudian mengering.
Pengendalian : Menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit ini.
Penyakit batang dry basal rot.
Penyebab : cendawan Ceratocyctis paradoxa.
Gejala serangan :
Tandan buah yang sedang berbunga mengalami pembusukan.
Pelepahnya mudah patah, tetapi daun tetap berwarna hijau untuk beberapa saat, meskipun pada akhirnya akan membusuk dan mongering.
Semua gejala tersebut sesungguhnya disebabkan karena terjadinya pembusukan (busuk kering) pada pangkal batang.
Pengendalian : Menanam bibit yang bebas dari infeksi penyakit ini.
2.2. Hama,Penyakit, dan gulma Pada Tanaman Karet
TEHNIK PENGENALAN PHT TANAMAN KARET
Penyakit Jamur Akar Putih
Gejala Serangan
· Mati mendadak seperti tersiram air panas pada musim hujan
· Terbentuk buah lebih awal pada tanaman muda yang seharusnya belum cukup waktunya berbuah dan bertajuk tipis
· Daun berwarna hijau gelap kusam dan keriput, permukaan daun menelungkup
· Apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benangbenang
berwarna putih kekuningan menempel dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas
· Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat Penyebab: Jamur Rigidoporus lignosus atau R. micropus
Penyakit Bidang Sadap Kanker Garis
Gejala Serangan
· Adanya selaput tipis berwarna putih kelabu dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap, apabila dikerok diatas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak, berwarna coklat atau hitam
· Garis-garis ini berkembang dan berpadu satu sama lain membentuk jalur hitam yang terlihat seperti retak-retak membujur pada kulit pulihan
· Terdapat benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan pada bekas bidang sadap lama sehingga sangat mempersulit penyadapan berikutnya
· Gejala lanjut lateks yang keluar berwarna coklat dan berbau busuk
Penyebab: Phytophthora palmivora
Penyakit Bidang Sadap Mouldy Rot
Gejala serangan
· Adanya lapisan beledru berwarna putih kelabu sejajar dengan alur sadap. Apabila lapusan dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman
· Serangan bisa meluas sampai ke kambium dan bagian kayu
· Pada serangan berat bagian yang sakit membusuk berwarna hitam kecoklatan sehingga sangat mengganggu pemulihan kulit
· Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Bekas bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak bisa lagi disadap.
Penyakit Bidang Sadap Kering Alur Sadap
Gejala serangan
· Tanaman tampak sehat dan pertumbuah tajuk lebih baik dibandingkan tanaman normal
· Tidak keluar lateks di sebagian alur sadap. Beberapa minggu kemudian keseluruhan alur sadap ini kering dan tidak mengeluarkan lateks
· Lateks menjadi encer dan kadar karet kering (K3) berkurang
· Kekeringan menjalar sampai ke kaki gajah baru ke panel sebelahnya
· Bagian yang kering akan berubah warnanya menjadi coklat dan kadang-kadang terbentuk gum (blendok)
· Pada gejala lanjut seluruh panel/kulit bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga mengelupas
Penyebab: ketidakseimbangan fisiologis dan penyadapan yang berlebihan
Penyakit Batang : Nekrosis Kulit
Gejala serangan
· Timbul bercak coklat kehitaman seperti memar pada permukaan kulit dan dapat timbul mulai dari kaki gajah sampai di percabangan
· Bercak membesar, bergabung satu sama lain, basah dan akhirnya seluruh kulit batang dan cabang membusuk
· Penyakit berkembang pada lapisan kulit sebelah dalam dan merusak lapisan kambium bahkan sampai ke lapisan kayu
· Serangan lanjut kulit pecah dan terjadi pendarahan karena pembuluh lateks pecah
Penyebab: Jamur Fusarium solani, berasosiasi dengan Botrydiplodia sp
Penyakit Batang : Jamur Upas
Gejala serangan
· Stadium Laba-Laba: Pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera mirip sarang laba-laba
· Stadium Bongkol: Adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring laba-laba
· Stadium Kortisium: Jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benang-benang jamur berwarna merah muda. Jamur telah masuk ke jaringan kayu
· Stadium Nekator: Jamur membentuk lapisan tebal hitam yang terdiri dari jaringan kulit yang membusuk dan kumpulan tetesan lateks yang berwarna coklat kehitaman meleleh di permukaan bidang yang terserang. Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah
Penyebab: Jamur Cortisium salmonicolor
Penyakit Daun: Embun Tepung Oidium
Gejala serangan
· adanya bercak yang tembus cahaya/translucens dan di bawah permukaan daun
terdapat bunder berwarna putih
Penyebab: jamur Oidium sp
Penyakit Daun: Gugur Daun Colletotrichum
Gejala serangan
· adanya bercak coklat kehitaman, tepi daun menggulung. Pada daun umur lebih
dari 10 hari terdapat bercak coklat dengan halo warna kuning selanjutnya bercak
tersebut berlubang
Penyebab: jamur Colletotrichum sp
Penyakit Daun: Gugur Daun Corynespora
Gejala serangan
· adanya guratan menyerupai tulang ikan sejajar pada urat daun
Penyebab: jamur Corynespora sp
Hama rayap
Gejala Serangan
· Adanya gerekan pada batang dari ujung sampai ke akar dan memakan akar
· Biasanya pada kebun yang terserang JAP akan diiringi dengan serangan rayap
sehingga mempercepat matinya tanaman
Penyebab
- Microtermes inopiratus
- Coptotermes convignathus
Hama Babi Hutan
Gejala Serangan
· Tanaman muda tiba-tiba tumbang
· Perakaran rusak, daun menjadi layu dan kering
Penyebab
Sub barbatus, Sus scrofa vittatus
Hama: Uret
Gejala Serangan
Tanaman yang terserang berwarna kuning, layu dan akhirnya mati
Penyebab
Uret tanah Helotrichia serrata, H. sufoflava, H. fessa, Anomala varians, Leucophalis sp
dan Exopholis sp
GULMA
Gulma yang sering dijumpai di kebun karet adalah alang-alang (Imperata cylindrica), Ki
Rinyuh (Chromolaena odorata), dan Sembung Rambat (Mikania micrantha)
Gulma dapat menyebabkan:
- Penurunan hasil
- Penurunan kualitas hasil
- Mempersulit pelaksanaan kegiatan pemeliharaan/panen
- Menjadi inang bagi OPT
- Tertundanya masa panen (sadap)
PENGAMATAN PHT TANAMAN KARET
Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT dalam sistem PHT adalah kegiatan yang meliputi pemantauan dan pengamatan, pengambilan keputusan dan tindakan pengendalian.
Pemantauan adalah kegiatan mengamati dan mengawasi keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor yang mempengaruhi secara berkala/teratur pada tempat/wilayah tertentu. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas atau petani yang terpilih sebagai sampel (unit contoh) pada kantong-kantong serangan OPT di sentra produksi komoditi utama.
Tujuannya adalah untuk mengetahui keberadaan OPT sasaran sehingga dapat ditetapkan
(diramalkan) kerapatan populasi sebaran dan dinamikanya/gejala OPT sasaran pada
kesehatan yang paling dini, sebagai dasar pengambilan keputusan (Early Warning
System). Data pemantauan dapat juga digunakan sebagai alat evaluasi keberhasilan
pengendalian yang telah dilakukan.
Pengamatan adalah kegiatan penghitungan dan pengumpulan informasi tentang keadaan populasi atau tingkat serangan OPT dan faktor lingkungan yang mempengaruhi pada waktu dan tempat tertentu. Pengamatan dilakukan oleh petani di areal kebunnya untuk memperoleh data sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya tindakan pengendalian yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip PHT pada kesempatan paling dini.
Pengamatan dilakukan secara rutin setiap minggu atau bulan sesuai dengan fase rentan
tanaman/saat mulai munculnya gejala serangan.
Obyek Pengamatan
Obyek-obyek pengamatan yang harus diamati pada tanaman karet meliputi gejala serangan, penyebab, umur tanaman, persentase tanaman terserang, intensitas serangan, populasi OPT per unit contoh, jumlah populasi serangga berguna per unit contoh, organisme lain yang ditemukan, data pendukung (suhu, kelembaban, curah hujan, hari hujan, dan sebagainya).
Pengambilan Contoh
Untuk setiap lokasi diambil 10 pohon contoh secara diagonal dan dianggap mewakili kondisi kebun tersebut. Pohon contoh ada yang tetap dan tidak tetap (selalu berpindah). Pohon contoh tetap biasanya digunakan untuk mengamati perkembangan penyakit dan diamati secara rutin setiap kali pengamatan agar diperoleh data yang dikehendaki. Sedangkan pohon contoh tidak tetap digunakan untuk mengetahui ada tidaknya OPT yang menyerang tanaman (status OPT). Untuk petani dengan luas kepemilikan kebun yang terbatas sebaiknya mengamati seluruh tanamannya dengan melakukan sensus tanaman. Setiap pengamataan dilakukan pencatatan dan analisis hasil pengamatan untuk mengetahui intensitas serangan.
Intensitas Serangan
Intensitas serangan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kerusakan tanaman akibat
serangan OPT.
Penentuan intensitas serangan OPT didasarkan pada:
- Kepadatan populasi
- Derajat kerusakan tanaman yang ditentukan dengan skoring (berat ringannya
kerusakan)
Secara umum tingkat serangan digolongkan menjadi:
Berat : Nyata diatas ambang rasa/kendali
Ringan : Nyata di bawah ambang ras/kendali
Intensitas serangan = (jumlah tanaman terserang/jumlah tanaman yang diamati) x 100 %
TEHNIK PENGAMATAN
1. PENYAKIT JAP
Bagian tanaman yang diamati
Perakaran, daun/tajuk terutama pada tanaman yang dekat dengan tunggul karet atau kebun bertunggul karet
Interval pengamatan
Setiap 3 bulan dimulai sejak tanaman 1-5 tahun terutama pada areal rawan penyakit
Intensitas Serangan
Ringan: benang jamur warna putih baru menempel di permukaan akar, atau kulit akar mulai membusuk karena serangan jamur
Berat: kulit dan kayu akar sudah membusuk karena serangan jamur
2. PENYAKIT BIDANG SADAP : KANKER GARIS
Bagian tanaman yang diamati
Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu dekat dengan permukaan tanah dan kebun yang kelembabannya tinggi
Interval pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap hari sadap selama musim hujan, terutama kebun-kebun yang sering terkena serangan kanker garis
Intensitas Serangan
Ringan: selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap
Berat : lateks yang keluar berwarna coklat dan berbau busuk
3. PENYAKIT BIDANG SADAP : MOULDY ROT
Bagian tanaman yang diamati
Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu sering dan dalam serta kebun yang mempunyai kelembaban tinggi
Interval pengamatan
1-2 minggu selama musim hujan
Intensitas Serangan
Ringan : lapisan beledru berwarna putih kelabu sejajar dengan alur sadap
Berat: bagian yang sakit membusuk dan berwarna kehitaman
4. PENYAKIT BIDANG SADAP : KERING ALUR SADAP
Bagian tanaman yang diamati
Bidang sadap terutama tanaman yang disadap terlalu sering dan disertai penggunaan bahan perangsang lateks (ethrel)
Interval pengamatan
Setiap hari sadap terutama pada masa gugur daun
Intensitas Serangan
Ringan : Sebagian alur sadap kering
Berat : semua batang kering dan benjol-benjol
5. PENYAKIT BATANG : NEKROSIS KULIT
Bagian tanaman yang diamati
Kulit batang dan cabang
Interval pengamatan
Setiap 3 bulan sekali pada waktu peralihan musim kemarau ke musim hujan
Intensitas Serangan
Ringan : bercak coklat seperti memar pada permukaan kulit
Berat : kulit pecah dan terjadi pendarahan karena pembuluh lateks pecah
6. PENYAKIT BATANG : JAMUR UPAS
Bagian tanaman yang diamati
Batang, cabang dan ranting pada daerah yang bercurah hujan tinggi
Interval pengamatan
1-2 minggu sekali, dimulai pada awal sampai akhir musim hujan terutama daerah yang sering diserang jamur upas dan berkelembaban tinggi
Intensitas Serangan
Ringan : bagian pangkal atau atas percabangan tampak benang putih seperti sutera
Berat : Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah patah
7. PENYAKIT DAUN
Bagian tanaman yang diamati
Daun pada tunas baru smapai daun menjadi hijau (umur 1-15 hari)
Interval pengamatan
Setiap 3 hari sekali mulai pada saat tanaman membentuk tunas baru sampai daun menjadi
hijau. Pengamatan dilakukan pada 10 pohon sampel secara diagonal pada setiap lokasi
pengamatan
Intensitas Serangan
Dinyatakan dalam kerapatan tajuk, makin tipis kerapatan tajuk makin berat intensitas
serangannya, yaitu
- kerapatan tajuk 25 - <> 50- 75 % = serangan ringan
8. HAMA : RAYAP
Bagian tanaman yang diamati
Akar sampai ujung daun, pengamatan dilakukan bersamaan dengan pengamatan JAP
9. HAMA : BABI HUTAN
Bagian tanaman yang diamati
Akar, kulit batang, batang dan daun tanaman muda
Pengamatan:
- Dilakukan pada areal pertanaman yang berdekatan dengan hutan atau padang alang-alang
- Pengamatan terutama dilakukan menjelang subuh atau menjelang maghrib
- Apabila ada tumpukan sisa tanaman, ranting atau tumbuhan perlu dicurigai kemungkinan merupakan sarang babi betina yang akan melahirkan.
Interval Pengamatan
Dilakukan 4 bulan sekali
10. HAMA : URET
Bagian tanaman yang diamati
Akar dan bahan organik di sekitar tanaman biasanya menyerang tanaman muda dan di
pembibitan
IV. PENGENDALIAN OPT TANAMAN KARET
Prioritas pengendalian OPT karet diutamakan pada tind akan pencegahan yang dimulai daripemilihan klon unggul dan tahan terhadap OPT sasaran, menjaga kesehatan tanaman dengan mengatur kelembaban kebun, sanitasi, pemupukan dan penyadapan yang bijaksana. Pengendalian lebih diutamakan secara biologi seperti penggunaan jamur Trichoderma sp dan penanaman tanaman antagonis di sekitar tanaman karet, misalnya, lidah mertua, kunyit, lengkuas, sambiloto, kencur, lempuyang untuk pengendalian penyakit JAP.
Pada pembukaan lahan baru, sebaiknya kebun bersih dari tunggul-tunggul tanaman yang merupakan sumber infeksi OPT tanaman karet. Untuk pencegahan penyakit yang menyerang akar sebaiknya digunakan belerang 100 gram/pohon yang dicampur dengan tanah pengisi lubang tanam bersamaan pada waktu penanaman bibit. Belerang berfungsi untuk meningkatkan kemasaman tanah. Kondisi tanah yang asam dapat menghambat perkembangan jamur antagonis terhadap jamur akar tersebut.
TEHNIK PENGENDALIAN
1. Penyakit Jamur Akar Putih
Deteksi Dini Penyakit
- Penggunaan mulsa/rumput kering pada leher akar, 2-3 minggu kemudian mulsa diangkat, bila terserang JAP akan nampak benang warna putih menempel pada leher akar
- Dilakukan pada awal dan akhir musim hujan Pengendalian
- Pada serangan ringan, perakaran dibuka kemudian bagian akar yang busuk dipotong dan dibakar
- Permukaan akar yang ditumbuhi jamur dikerok, bekas kerokan dan potongan diberi ter dan izal kemudian seluruh permukaan akar dioles dengan fungisida
- Setelah luka mengering, seluruh perakaran ditutup kembali
- 6 bulan kemudian diamati dengan membuka perakaran, apabila masih terdapat benang jamur maka dikerok dan dioles dengan fungisida kembali
- Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar, bagian pangkal batang dan akarnya dikubur di luar areal pertanaman, menggunakan wadah agar tanah yang terikut tidak tercecer di dalam kebun
- Bekas lubang dan 4 tanaman sekitarnya ditaburi dengan 200 gram campuran richoderma sp dengan pupuk kandang 200 gram per lubang atau tanaman
- Pencegahan dengan menanam tanaman antagonis seperti lidah mertua, kunyit, lengkuas dan lain-lain.
2. Penyakit Bidang Sadap: Kanker Garis
Pengendalian
- Menanam klon yang tahan yaitu PR 300 dan PR 303
- Jarak tanam tidak terlalu rapat, tanaman penutup tanah yang terlalu lebat
dipangkas
- Pemupukan sesuai dengan dosis anjuran
- Hindari penyadapan terlalu dekat dengan tanah
- Pisau sadap diberi desifektan sebelum digunakan
- Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida dengan kuas di sepanjang jalur 5- 10 cm diatas dan di bawah alur sadap
- Bagian yang membusuk dibersihkan dulu dengan dikerok sampai pada bagian yang masih sehat, baru dioles dengan fungisida
- Pengolesan dilakukan segera setelah penyadapan sebelum lateks membeku
3. Penyakit Bidang Sadap: Mouldy Rot
Pengendalian
- Tidak menanam klon yang rentan terutama di tempat yang beriklim basah atau rawan penyakit seperti GT 1
- Pisau sadap diberi desinfektan sebelum digunakan
- Menurunkan intensitas penyadapan dari S2/d2 menjadi S2/d3 atau S2/d4 atau menghentikan penyadapan pada serangan berat
- Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat penyadapan agar kulit cepat pulih
- Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida 5 cm diatas irisan sadap sehari setelah penyadapan dan getak tarik belum dilepas
- Interval pengolesan 1-2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehat
4. Penyakit Bidang Sadap: Kering Alur Sadap
Deteksi Penyakit
Dilakukan sadap tusuk di bawah bidang sadap sampai ke bawah
Pengambilan Keputusan
- segera dilakukan pengendalian apabila sebagian alur sadap mengalami kekeringan
- perlu waspada apabila lateks mulai encer
Pengendalian
- Menurunkan intensitas penyadapan pada pohon/kebun yang telah mulai menunjukkan kekeringan alur sadap
- Menghindari atau menurunkan intensitas penyadapan pada musim gugur daun
- Bidang sadap yang mati dan kulit kering bisa dipulihkan kembali dengan pemberian formulasi oleokimia (Antico F-96, No BB)
- Pemberian oleokimia dengan cara mengerok kulit bidang sadap yang sakit kemudian dioles segera setelah pengerokan selesai
- Satu tahun kemudian kulit yang baru bisa disadap kembali
- Penambahan 160 gram pupuk KCl/pohon/tahun dari dosis anjuran
5. Penyakit Batang : Nekrosis Kulit
Pengendalian
- Tidak menanam klon yang rentan seperti AVROS 2037, GT 1, PB 260, dan PB 235 pada daerah rawan penyakit ini
- Pada prinsipnya sama dengan pengendalian penyakit KAS tetapi ditambah dengan fungisida yang telah direkomendasikan
- Sebelum dioles, kerak pada bidang sadap dikerok dulu. Pengolesan 30 cm sampai keadaan atas batang infeksi dan 20 cm sampai ke bawah batas infeksi
- Pada serangan ringan pengolesan cukup sekali saja, tetapi pada serangan berat bisa diulang pada bulan berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan sampai
tanaman sehat
- Batang/cabang tanaman sehat di sekitar tanaman terserang disemprot atau dioles dengan fungisida seminggu sekali untuk mencegah penyebaran penyakit yang lebih luas
- Batang atau cabang tanaman yang mati dikumpulkan dan dibakar untuk menghilangkan sumber infeksi jamur
6. Penyakit Batang : Jamur Upas
Pengambilan Keputusan
Perlu waspada dan segera dikendalikan apabila pada daerah rawan serangan penya jamur
upas terdapat cabang/ranting tanaman yang patah
Pengendalian
- Menanam klon yang tahan seperti BPM 107, PB 260, PB 330, AVROS 2037, PBM 109, IRR 104, PB 217, PB 340, PBM 1, PR 261, dan RRIC 100, IRR 5, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118.
- Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat
- Cabang/ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkan
- Cabang yang masih menunjukkan gejala awal (sarang laba-laba) segera dioles
dengan fungisida Bubur Bordo, Calixin 750 EC atau Antico F-96 hingga 30 cm ke atas dan ke bawah
- Bubur Bordo dan fungisida yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang telah disadap, karena dapat merusak mutu lateks
- Pada kulit yang mulai membusuk harus dikupas sampai bagian kulit sehat kemudian dioles fungisida hingga 30 cm keatas dan ke bawah dari bagian yang
sakit
7. Penyakit Daun
Pengendalian
- Menanam klon anjuran yaitu RRIC 100, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, PB 340, PB 330, IRR 104, IRR 5, IRR 32, IRR 118, dan IRR 39.
- Pada serangan ringan diberikan pupuk nitrogen 2 kali dosis anjuran pada saat daun mulai terbentuk. Pemberian pupuk dengan cara dibenamkan dalam tanah agar lebih mudah diserap oleh akar
- Pada serangan berat dikendalikan dengan cara disemprot fungisida kontak yang direkomendasikan, pada saat daun mulai terbentuk smapai dengan daun berwarna hijau dengan interval 1 minggu (umur daun 21 hari)
8. Hama : Rayap
Pencegahan
- Sanitasi areal perkebunan
- Membersihkan tunggul-tunggul tanaman sisa pembukaan lahan baru
- Pada saat peremajaan tanaman, lubang tanam perlu diberi perlakuan anti rayap dengan termitisida cair
Pengendalian
- Membongkar sarang
- Penggunaan agen hayati seperti semut, nematoda Steinernema sp dan Heterorhabditi indica, jamur B. Bassiana dan Metarrhizium spp)
- Penyiraman termitisida di sekitar perakaran (1,5 meter dari batang pohon dibuat parit kemudian disiram termitisida 2,5 – 4 liter per meter
- Pembasmian sarang dengan fumigan atau termitisida cair yang disuntik ke pusat sarang
9. Hama : Babi Hutan
Pengendalian
- Sanitasi lingkungan, memasang jaring, perangkap
- Memberi pagar di sekitar areal kebun
- Membuat parit di sekitar areal kebun
- Berburu bersama dengan kelompok pemburu babi misalnya perbakin
- Pemberian umpan beracun, hati-hati jangan sampai racun tersentuh tangan
10. Hama : Uret
Pengendalian
Mengumpulkan uret di sekitar tanaman terserang dan dimatikan
11. Gulma Penting
Pengendalian
- Penyiangan 0,5-1 meter sekeliling tanaman (piringan) harus bersih dari gulma
- Penanaman tanaman penutup dari jenis kacang-kacangan (Centrosema
semoga bermanfaat dan share buat teman yang lain